Sunday, March 29, 2009

Secuil Kisah di TPA Bantar Gebang .....

Di Bantar Gebang terdapat sebuah TPA ( Tempat Penimbunan Sampah Akhir ) yang menampung sampah wilayah Bekasi dan DKI Jakarta dengan jumlah sampah yang disetor setiap harinya ada sekitar 6000 ton/ hari. TPA ini memiliki luas wilayah sekitar 108 Ha. Bagi kebanyakan orang, tempat ini sungguh menjijikkan. Namun bagi para pemulung, di tempat ini tersimpan ’ mutiara ’ yang mereka perebutkan setiap hari. Kompetisi antar pemulung ini pun ternyata sangat tinggi dalam memperebutkan sampah plastik. Mereka mempertaruhkan nyawa bergelut dengan amukan alat berat yang setiap saat siap merenggut nyawa mereka. Belum lagi dengan resiko gundukan sampah yang runtuh seperti kejadian beberapa tahun yang lalu yang merenggut sekitar 23 pemulung, diantaranya wanita hamil.
Dengan berbekal gerobak dan bakul serta tongkat besi di tangan, mereka berangkat dari rumah untuk berjuang mengais sampah plastik. ” Jam kerja ” mereka ternyata tak beda jauh dengan orang kantoran yang bergaji tebal. Bila berangkat jam 4 pagi, maka mereka pulang jam 4 sore. Bila berangkat sore, maka akan pulang pada saat shubuh.
Ada satu hal yang patut kita renungkan. Sungguh pahit bila ada tudingan bahwa mereka adalah pengemis. Mereka bukanlah pengemis ! Mereka adalah pekerja keras yang sebenarnya secara tidak langsung sudah sangat membantu pemerintah dalam mengatasi peliknya pengelolaan sampah, khususnya sampah anorganik yang membutuhkan waktu sekitar 100 tahun untuk dapat dihancurkan dalam tanah. Bayangkan bila para pemulung ini tidak ada, maka sampah anorganik semakin menggunung dan meninggalkan permasalahan yang sangat pelik bagi pemerintah serta masyarakat pada umumnya. Memang terjadi simbiosis mutualisme dalam hal ini, karena pemulung pun mendapatkan upah dari sampah-sampah plastik yang mereka dapatkan. Namun sekali lagi, kaum ini bukanlah pengemis. Satu hal yang patut kita garis bawahi, mereka pekerja keras yang tidak menengadahkan tangan begitu saja untuk meminta uang. Mereka sudi tinggal di bedeng dan gubuk bau yang becek dan kotor. Mereka bergelut dengan sampah dan polusi yang luar biasa yang sangat berpotensi dalam merusak paru-paru mereka.
Suatu hal yang ironis, baru 2 bulan kami mendirikan PAUD dan membina TPQ, ternyata sudah ada 4 siswa kami yang nyawanya terenggut. Seorang terserang tetanus, seorang mengalami pecah empedu dan dua orang lainnya mengalami luka dalam yang serius karena terpeleset dan berakhir pada kematian. Suatu gambaran bahwa anak-anak dalam komunitas ini begitu kendor dalam pengawasan dan perawatan orangtuanya.
Pendidikan dan kesehatan sesungguhnya sangat krusial untuk mereka. Namun justru 2 hal inilah yang belum terpikirkan dan sedikit sekali terjamah dalam pembinaan dari pihak luar. Untuk itulah kami tergerak untuk memasuki wilayah ini karena kondisi seperti ini bukan hanya untuk objek dikasihani, tetapi harus ada langkah nyata agar kaum ini segera terbina dalam hal pendidikan dan kesehatan serta akidahnya.
Bantar Gebang hanyalah sebuah sample. Ke depan, Insya Alloh tidak menutup kemungkinan kami bergerak lebih cepat untuk merengkuh wilayah lain. Bukan hanya pemulung yang membutuhkan uluran tangan. Kami juga concern untuk merengkuh janda terlantar, anak jalanan serta anak-anak sekolah yang merangkap pekerja di bawah umur sebagai loper koran, pengamen, pengemis dll dimana seringkali moral dan akidah mereka tergerus oleh kerasnya kehidupan di jalanan. Anak-anak seperti inilah yang harus kita selamatkan karena mereka juga pantas disebut sebagai mutiara dari Alloh SWT. Mereka tak pernah minta untuk dilahirkan sebagai kaum papa. Namun apakah suatu kesalahan bila mereka terlahir sebagai kaum yang sering dipinggirkan ?
Tak ada secuilpun keburukan dari semua takdir Alloh SWT. Mereka yang berada pada garis kemiskinan sesungguhnya merupakan amanah yang dititipkan Alloh SWT kepada ummat lainnya yang lebih berkecukupan.
Kami masih mempunyai mimpi-mimpi serta harapan dari sebuah perjuangan kami....untuk mendirikan rumah singgah bagi anak-anak jalanan, menggalakkan pengobatan gratis & posyandu mengingat kaum papa ini sangat membutuhkannya, pelatihan-pelatihan lifeskill serta memperluas jangkauan kami untuk merengkuh anak-anak dhuafa titipan Alloh SWT ini....Dan kami yakin bahwa ini bukanlah impian kosong karena kami tahu di luar sana masih sangat banyak saudara-saudara kita yang memiliki empati yang tinggi dan mempunyai visi misi yang sama dengan kami untuk bersama-sama mengentaskan anak-anak dhuafa yang membutuhkan uluran tangan kita........