Thursday, May 21, 2009

Kunjungan Itochu Japan Company & The Daily Jakarta Shimbun

12 Juli 2009

“ Bu, kami ingin berkunjung ke sekolah Ibu. Termasuk 2 orang asli Jepang dari perusahaan kami yang ingin sekali bisa melihat anak-anak Ibu “…..telpon singkat ini aku terima beberapa bulan sebelum kunjungan berlangsung. Perjuangan Bp. Bambang & Ibu Rizka juga patut kuacungi jempol. Agar bisa menemukan aku, mereka sampai browsing ‘ blind hunting ‘ karena tidak tahu harus melacak kemana. Hanya dengan berbekal nama Al Falah, toh akhirnya perjalanan panjang mirip Mission Impossible itu pun membuahkan hasil. Mereka berhasil menemukan Al Falah lama yang masih ‘mungil’. Saat mereka survey, kuajak terjun langsung ke bedeng-bedeng yang saat itu betul-betul dipenuhi oleh belatung gemuk-gemuk yang siap merayap ke kaki-kaki kami.
Singkat cerita, akhirnya disepakati jadwal kunjungan resmi rombongan dari Itochu.
Hari Minggu tanggal 12 Juli 2009, rombongan hadir dengan disambut oleh rebana yang dimainkan oleh anak-anakku. Ada 3 orang Japan asli yang hadir. Vice President Akihiko Goto, General Manager Yoshiko Wakui dan wartawan Shimbun Press Kawakami San.
Bisa dibayangkan bagaimana pucatnya aku saat menyambut mereka karena bahasa Jepang yang aku kuasai hanya “ Arigato Gozaimasu “…tak lebih. Yang lebih lucu saat kejadian wawancara dengan si wartawan Shimbun Press. Beliau tidak bisa berbahasa Inggris apalagi berbahasa Indonesia. Sedangkan aku pun samasekali tidak bisa berbahasa Jepang. Dengan bahasa Tarzan akhirnya wawancara berlangsung. Begitu aku melirik ke blocknote nya, wow…ternyata ditulis memakai huruf kanji. Karena wawancara stag dan si wartawan bingung, aku pun terpaksa teriak minta tolong “ Somebody help me to translate, please ! “
Selang beberapa minggu kemudian, mereka mengirim foto-foto plus 1 exemplar The Jakarta Daily Shimbun, komplet dengan tulisan Kanji-nya !
Alhamdulillah….mereka yang terbiasa hidup bersih dan sehat akhirnya tergerak untuk mengunjungi anak-anak di wilayah marginal ini. Empati tak terhijab oleh budaya dan bangsa. Mereka hadir karena hati yang terketuk. Mereka surprise melihat semangat anak-anak pemulung untuk mengenyam pendidikan meskipun dengan fasilitas yang sederhana ini. Di Jepang sana mereka terbiasa dengan pola hidup yang clean, hygienis, hi tech dan serba tertata. Begitu melihat murid-muridku menulis sambil membungkuk di lantai semen yang sudah mengelupas, meja lipat yang sudah jebol dan atap seng yang bolong-bolong, mereka hanya bisa bilang…” Oh God ! What can we do for them ?”….
Kisah ini hanyalah segelintir dari sekian kisah-kisah kedermawanan para donatur yang kebetulan ‘ singgah ‘ di istana Bantar Gebang ini. Mungkin ku tak sempat menuliskan semuanya. Namun begitu indahnya kebersamaan yang berangkat dari ketulusan hati. Melihat senyum ceria anak-anakku, rasanya tak ada kata-kata yang lebih tepat kuungkapkan selain rasa terimakasihku untuk Alloh Yang Maha Pemurah dan juga semua saudara-saudariku yang demikian membuka hati untuk turut merengkuh anak-anak ini….
Arigato Gozaimasu!