Saturday, February 27, 2010

Mbah Kamsinah sahabatku…….

Nenek shalihah ini mbah Kamsinah namanya. Aku ‘menemukannya’ di salah satu trotoar gelap di sudut kota Malang-Jawa Timur. Pada saat aku hendak memutar mobil, sekilas lampu mobilku menyorot ke arah nenek renta yang tengah duduk di atas kursi reot, menunggui meja lapuk yang berisi beberapa gorengan dan teh hangat.
Seakan ada magnet yang menuntunku ke sana. Spontan aku melompat turun dan menghampiri nenek tua ini…Malam itu, menjadi saksi persahabatan yang indah terjalin antara aku dan mbah Kamsinah…demikian aku memanggilnya.
Nenek tua ini seorang janda terlantar tanpa anak. Benar-benar sebatangkara. Dahulu. beliau adalah seseorang yang terpandang. Ayahnya adalah perintis di wilayah yang ditempatinya ini. Nama ayahnya pun tertulis dengan indah sebagai nama salah satu jalan kecil. Namun…kenangan indah itu samasekali tak berbekas di hari tuanya.
Kini, dia hanyalah seorang nenek terlantar yang setiap hari berjualan gorengan di trotoar kumuh. Ketika aku berusaha mencari tempat tinggalnya, maka aku sungguh tertegun ketika kudapati nenek ini tinggal di gang kecil antara 2 rumah. Lebih tepat dikatakan sebagai sebuah kandang daripada tempat tinggal. Hanya berukuran 1 x 3 meter. Bila hujan, bisa dipastikan lantai ‘rumah’nya banjir dan air pun mengalir deras di bawah tempat tidurnya. Lembab, gelap, pengap.
Pernah suatu saat gubuk reotnya benar-benar kehujanan dan semua bajunya basah. Kukirimkan baju-baju dan kain jarik serta selimut dan perbekalan lainnya. Kujumpai nenek ini sedang menggigil di atas tempat tidur reotnya. Ketika kutawarkan untuk kuantarkan ke salah satu panti untuk merawatnya, nenek ini hanya sanggup menggeleng dan menangis tersedu-sedu di pelukanku….
“ Tidak, Nak….nenek hanya ingin tetap tinggal disini sambil tetap berjualan…”
Satu hal yang sangat membuat hatiku tergetar…nenek tua ini masih rajin sholat tahajjud dan mengisi kesepiannya dengan berzikir….Bila waktunya kukirimi perbekalan bulanannya, dia selalu tersenyum lebar jika dilihatnya obat nyamuk bakar terselip diantara sembako yang kubawa….Yah…obat nyamuk bakar itulah yang dirindukannya…
Mbah Kamsinah…..bagiku bukan seorang nenek biasa. Wanita hebat yang tidak pernah luntur rasa syukurnya kepada Sang Rabb. Mengajariku arti tersenyum di saat kesedihannya. Mengajariku arti ketegaran dan kemandirian. Tangannya tak suka tengadah meski dirinya dihimpit kemiskinan. Setiap kali kukunjungi…selalu jawaban menyejukkan yang kudengar…
“ Ah, masih cukup koq Nak….”
Senyum dan tawanya yang manis sungguh kurindukan. Meski kini kami terpisahkan oleh ribuan kilometer…namun mbah Kamsinah selalu tersimpan di hatiku….
Ya Rabb….di luar sana masih ada beribu-ribu janda-janda tua terlantar yang mungkin saja terabaikan…Meski mereka terlalaikan dari cinta makhlukMu, namun kuyakin bahwa mereka tak pernah luput dari cintaMu. Perihnya kemiskinan dan kehampaan yang mendera mereka, semoga kelak tergantikan oleh indahnya Jannah….
Amin ya Rabb………

Grandma ' Kamsinah ' ...

She is an old lady called Grandma Kamsinah. I ' found ' her in one of the dark sidewalk in the city of Malang, East Java. By the time I was turning the car, my car lights shone briefly at the old grandmother who was sitting on a rickety chair, waiting table containing fried food and some hot tea.
As if there is a magnet that led me to it. I spontaneously jumped out and went to this old lady ... That night, to witness a wonderful friendship existed between me and Grandma Kamsinah ... .
The old grandmother was a displaced widow without children. Really lonely. For a long years ago,she was someone who respected. Her father was a pioneer in this occupied territory. Her father's name was written as the name of one small street. But ... memories about that no trace at all in the present.
Now, she is a grandmother who selling fried food on the sidewalk slums. When I tried to find her house, I'm really stunned when I found this grandmother lived in a small alley between 2 houses. More accurately described as a barn than a place to live. Only 1 meter x 3 meter. When the rain, the floor certainly ' her house ' any flooding and water flowing beneath the bed. Humid, dark, musty.
Once upon a time her rickety cabin really rained on and all her clothes wet. I sent the clothes and fabric jarik also blankets and other supplies. I met this grandmother was shivering in rickety bed . When I offered to take her to an orphanage to care for, this grandmother could only shake his head and sobbed in my arms ....
"No, dear ....I just want to stay here and selling fried food..."
One thing that makes me impressed ... this old lady still doing pray Tahajjud in the middle of the night and remembrance filled with loneliness .... When the time I sent a monthly supply, she always smiled broadly when she saw mosquito coil tucked among the basic food I had brought .... ...
Grandma Kamsinah is not an ordinary grandmother. Wonderful woman who has never deny her gratitude to the God. Taught me the meaning of a smile in the sadness. Taught me the meaning of toughness and independence. Her hands do not like to look up to ask even though she stucked a poverty. She never complain ... always soothing to hear her answer ...
"I still have enough money, dear . .Don't give me more..."
Her smiles and laugh are truly I missed . Although we are now separated by thousands of miles ... but Grandma Kamsinah always stored in my heart ....
Oh Alloh ....Out there still many thousands of older widows who might be displaced. Although they neglected of your creature's love, but I believe that they have never escaped from your love. Pangs of poverty and emptiness that plagued them, may eventually be replaced by beautiful heaven ....
Amin ya Rabb ... ... ...

.
--------------------------------------