Saturday, July 24, 2010

Tiga anak yatim dalam genggaman

Medio September 2010

Di tengah semaraknya kaum muslimin merayakan hari raya Idul Fitri 1431 H lalu, terselip kisah duka yang menyelimuti saudara-saudaraku di bedeng-bedeng pemulung TPA Bantar Gebang...
Suatu sore terjadilah hujan deras dan angin puting beliung. Sebuah bedeng kosong yang ditinggalkan penghuninya terjadi korsleting listrik dan terperciklah api yang mulai menyambar bilik bambu itu. Dalam waktu sekejap berkobarlah api merembet ke bedeng-bedeng sekitar. Alkisah seorang laki-laki bernama Amat yang tak lain adalah ayah dari muridku yang bernama Suhartini, segera berlari dan mencoba menyelamatkan kobaran api yang semakin membesar. Api semakin merembet menuju musholla kardus. Dengan sigap pak Amat mengambil kayu dan hendak menggeser kabel listrik yang nyaris menyambar musholla. Qadarallah...kabel listrik yang bermuatan ribuan watt itu menyambar tubuh kurusnya. Dengan kaki telanjang yang terendam di dalam air tentu saja sebagai konduktor listrik. Dalam waktu sekejap tubuh kurus itu legam terbakar dan jari-jari kakinya meleleh.
Hanya membutuhkan 10 menit sejak dia keluar dari bedeng dan menyelamatkan musholla dari berkobarnya api, sang malaikat maut telah menjemput ajal pak Amat...Dengan digotong beberapa pemulung, tubuh yang telah terbujur kaku itu dibawa pulang menuju ke bedengnya...
Menangislah sang istri dan ketiga anaknya...Dalam waktu yang tak disangka-sangka ketiga anaknya menjadi yatim....Ayan, Suhartini dan Asep....
Saat kejadian berlangsung, aku sedang berada nun jauh disana untuk mengurusi pemakaman ayah mertuaku yang wafat di saat lebaran...Maka aku tak bisa berbuat banyak untuk menolong pemulung malang ini...Selang seminggu setelah aku kembali ke Bekasi, barulah aku mendapatkan kabar ini dan segera bertakziyah...
Pilu hatiku mendengar bagaimana kisah mereka membawa jenazah ini pulang ke kampung halamannya. Seperti biasa, cukuplah pick up bak terbuka yang kotor untuk membawa sang jenazah. Ini sudah cukup mewah bisa mengantar jenazah ini pulang. Biasanya bila mereka sempat menghubungiku, maka aku mengirimkan sebuah ambulance untuk membawa pulang jenazah ke kampung halaman mereka. Tetapi karena kali ini mereka tak bisa menghubungiku, maka cukuplah pick up bak terbuka bekas mengangkut sampah itulah satu-satunya tumpangan mereka. Itu pun harus ditebus dengan tarif 350 ribu.....
Aku menghela nafas....
" Yaa Rabb. Lapangkan aku agar bisa mendapatkan wakaf ambulance agar aku bisa meringankan masyarakat marginal seperti ini. Bila aku sudah memiliki ambulance, Insya Alloh bisa dipakai untuk mereka tanpa harus keluar biaya sepeser pun saat mengangkut jenazah ataupun dalam situasi emergency ada yang sakit parah...."
Kini di depanku ada 3 anak yatim yang menatap penuh harap...Ayan kelas 3 SMP, Suhartini kelas 3 SD dan Asep yang masih berusia 4 tahun.....
" Sekolahkan mereka di tempat saya, Bu....tak ada biaya sepeser pun. Biarkan mereka meraih cita-cita mereka dan memperbaiki masa depan mereka..." bujukku kepada sang ibu. Si sulung yang bernama Ayan adalah remaja putus sekolah yang sibuk mencari sampah untuk menopang hidup keluarga ini. Maka kuharapkan remaja ini sudi bersekolah lagi dan menuntaskan pendidikannya agar bisa memperbaiki roda ekonomi keluarganya. Tak lagi hanya memungut sampah...tapi dengan memiliki pendidikan dan skill yang memadai, tak menutup kemungkinan dia mampu meraih pekerjaan yang lebih layak daripada hanya berkubang di dalam sampah....
Sore itu di kala aku bertakziyah kesana, sedang turun hujan deras dengan petir yang menggelegar. Aku kehujanan dan sekujur kakiku penuh lumpur bercampur belatung-belatung kecil...memasuki mobil, kurasakan dingin yang menggigit karena gamis dan jilbabku basah semua...Selama perjalanan pulang aku menyetir mobil sambil melamun....hatiku masih saja terpaut kepada anak-anak yatim ini...Aku merasakan bahwa tanggungjawabku semakin bertambah. Memang tak ada seorang pun yang memaksaku untuk mengambil alih beban ini. Namun hatiku tak pernah sanggup berpaling di saat di depan mataku terhampar anak-anak yatim yang nyata-nyata membutuhkan uluran tangan ini....
Yaa Rabb....Engkau lah Sang Penggenggam Rezeki. Engkaulah yang sanggup mencurahkan kekuatan tiada henti...Aku meratap dan menengadahkan tangan kepadaMu...curahkan kekuatan kepada hatiku untuk tetap istiqomah merengkuh mereka. Jauhkanlah futhur dari hatiku. Jagalah ghirah dan keikhlasanku....
Yaa Rabb...Ana uhibbul faqri....
Aku sungguh mencintai umat yang terhampar di tempat kumuh ini......