Tuesday, December 7, 2010

The Beauty of Giving

Jogja, 25 Desember 2010
Hari ini aku keluar rumah untuk membeli Betadine untuk anakku yang baru saja khitan. Aku buru-buru berjalan menuju apotik terdekat. Sandal jepit, gamis rumahan, wajah polos tanpa bedak...nikmatnya menjadi diriku sendiri....Aku menikmati tapak demi tapak di kota gudeg ini. Kota yang sederhana dan ramah. Dimana aku bisa leluasa berburu ' sego kucing ' nasi bungkus mungil dengan lauk sambal goreng teri kacang ataupun oseng-oseng tempe di angkringan pinggir jalan....
Itulah kampung halamanku. Dan rasanya kusambut gembira request anak bungsuku yang menginginkan khitan di rumah eyang. Kesempatan bagiku untuk pulang kampung beberapa saat melepaskan penatku dengan hingar bingar dan segala tugas di ibukota...

Kususuri jalan tanah yang lengang menuju apotik. Dan tibalah aku di sebuah apotik baru yang mungil tersembunyi di pinggir jalan. Setelah kubayar Betadine yang hanya beberapa ribu rupiah itu pun aku beringsut mau pulang. Tiba-tiba datanglah seorang nenek yang turun dari sepedamotor dengan tergopoh-gopoh bingung. Kulirik sekilas sang nenek. Sedikit bongkok dan tanpa alas kaki. Mengenakan jarik dan kebaya lusuh. Uang yang hanya beberapa lembar dia pegang erat-erat di ujung setagen-nya ( sejenis kain panjang yang melilit di perut ).

" Nenek mau beli apa ? " kusapa sang nenek. Dia kebingungan dan terus berputar-putar. Segera kutanya laki-laki muda yang tadi membonceng nenek itu. Ternyata laki-laki itu pun tak mengenal si nenek dan menemukannya di pinggir jalan sedang kebingungan. Katanya mau beli obat di toko obat tapi tidak tahu tempatnya. Akhirnya si nenek itu terdampar sejauh berkilo-kilo meter dari rumahnya...Si nenek itu pun bercerita bahwa dia sebatangkara di rumah. Dia mengeluh gatal-gatal di sekujur tubuh dan tak kuasa berobat ke dokter karena tak ada uang...
Singkat cerita, segera aku ambil alih biaya obat si nenek. Setelah kubereskan segala urusan di apotik, segera kutitipkan si nenek itu kepada laki-laki tadi untuk mengantarkannya sampai rumahnya. Tak lupa, kuselipkan beberapa lembar uang ke genggaman tangan nenek yang penuh keriput itu. Tak kuduga si nenek spontan menangis meraung-raung sambil memelukku....
" Ini bidadari darimana....Kenapa mau menolong Nenek dan memberikan uang kepada nenek ? Rumah Neng dimana ? "....aku tersenyum sekilas dan tak mau menjawabnya....
" Rumah saya jauuuuuh dari sini, Nek...sudahlah diterima saja dan disimpan uang dari saya ya Nek ? Buat beli beras dan tabungan Nenek..."
Mbah Mulngadinem - demikian nama nenek itu segera menghilang secara perlahan bersamaan sepedamotor yang melaju menjauh....Aku menghela nafas dan kembali melanjutkan langkahku menuju rumah... Tiba-tiba dadaku terasa lapang, tersembul kebahagiaan yang demikian membuncah...terasa sejuk, indah tak terlukiskan...
" Yaa Rabb....begitu indahnya perasaan di hatiku kali ini manakala masih Kau berikan kesempatan bagiku untuk menggenggam tangan yang tengadah di depanku tadi. Jika saja aku tak keluar menuju apotik ini, mungkin aku tak berjumpa dengan si nenek tadi. Mungkin pula aku tak berkesempatan untuk menggoreskan amal di pagi hari ini...Namun Kau lah Yaa Rabb yang telah menuntun hatiku...yang telah menuntun kakiku hingga akhirnya Kau pertemukan aku dengan nenek tadi..."

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya aku tersenyum bahagia...Allah memiliki sejuta cara untuk melukiskan keindahan dan kebahagiaan di hati hambaNya...Dan kali ini ku membuktikan...betapa indahnya di saat kita bisa memberi....... Terbayang kembali senyum dan air mata haru dari Mbah Mulngadinem tadi....
The Beauty of Giving....