
17 Agustus 2011
Pagi itu sekolahku begitu meriah. Bendera-bendera merah putih mungil berkibar dimana-mana. Sebuah tiang bendera dari bambu petung dengan gagahnya berdiri. Itulah tiang bendera yang pertamakalinya kami miliki... Pagi ini akan diadakan syuting live upacara bendera di sekolahku... Sejak pagi anak-anak sudah berbaris rapi. Sebagian berlatih berbaris untuk mengibarkan bendera, sementara yang lain asyik berlatih menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Honestly...kami semua grogi...Belum pernah merasakan upacara bendera apalagi diliput live seperti ini...
Dan saat menegangkan itu tiba juga.... Pk. 10.00 terdengarlah komando untuk melakukan upacara bendera. Dengan sedikit tersaruk-saruk, anak-anakku yang mengibarkan bendera tanpa sepatu dan seragam kebanggaan, dengan lugunya mengibarkan bendera Merah Putih. Dengan gagahnya bendera sederhana yang kubeli 2 tahun yang lalu itu berkibar. Dan spontan kami pun menyanyikan koor Indonesia Raya...Dadaku bergetar. Airmataku tiba-tiba terasa menggantung siap tumpah. Ada kebanggaan yang membuncah. Sekolah sederhana bilik bambu seperti ini, dengan anak-anakku yang polos tak bersepatu, berusaha mempersembahkan sebuah penghormatan dan kebanggaan untuk negeri ini....negri yang mungkin pula telah sekian lama terbuai melupakan 'kami'..... Sempat aku ditanya oleh sang reporter....
" Sejauh mana peran pemerintah ?"... Aku hanya mampu tersenyum pias.....Apa yang harus kujawab ????
" Tanyakan langsung kepada mereka sejauh mana peran mereka terhadap perjuangan kami disini.....Bagi saya, ada peran atau tidak ada peran dari pemerintah, saya akan terus melangkah di tempat ini karena perjuangan masih panjang...Saya tidak mau menjawab karena hal itu tidak ada gunanya bagi saya. Jika mereka memang mau melihat rakyatnya, maka datangilah tangan-tangan tengadah ini. Anak-anak bangsa yang harus kita ukir dengan indah. Jangan hanya retorika. Jangan hanya indah di selembar kertas...."
Tayangan live hari ini cukup menyentak pemirsa....Mereka mengapresiasi betapa anak-anak pemulung ini masih mampu ceria mengibarkan bendera kebangsaan dan merayakan 'kemerdekaan' meski anak-anak ini tak jua mendapatkan esensi dari kemerdekaan yang didengung-dengungkan itu... Tetaplah bersemangat anakku.....raihlah kemerdekaan sejati dengan perjuanganmu yang tangguh...Jika kelak kalian menjadi pemimpin, maka jadilah pemimpin sebagaimana yang telah diteladankan oleh Rasul kalian....Pemimpin yang adil, jujur dan amanah....Pemimpin yang mampu memberikan warna kebaikan, bukan malah luntur oleh pekatnya keburukan dan kezhaliman di sekelilingmu....
Sering-seringlah menundukkan pandanganmu tuk melihat rakyatmu. Jangan terlalu lama mendongak pongah dan terbuai harumnya jabatan dan kehormatan yang kalian sandang atas nama makhluk....
Buang jauh-jauh kemilau dan gemerlapnya dunia yang menghuni hati kalian...Karena saat kepemimpinan ada dalam genggaman kalian, saat itulah sesungguhnya kalian pantas menangis....menyadari betapa beratnya amanah yang kalian pikul...betapa beratnya kalian harus mengukir jawaban di hadapan Allah Azza wa Jalla kelak.....
Mata kalian cekung karena kurang tidur untuk memikirkan rakyatmu...
Perut kalian kosong karena sibuk mengenyangkan rakyatmu...
Baju kalian lusuh karena kalian lebih rela membaguskan rakyatmu....
Airmata kalian tak henti-henti tertumpah di kala melihat ada rakyat yang terabaikan...
Tangan kalian kasar karena begitu banyak terulur untuk merengkuh rakyatmu...
Anakku....
Jadilah pemimpin yang dahsyat sebagaimana Rasulullah SAW....junjungan kalian yang amat menginginkan sebuah keadilan dan kemuliaan umatnya....
Hari ini euphoria 17 Agustus benar-benar kental menggema...Di televisi mungil yang kupasang di kantor guru, aku bisa melihat tayangan dengan dua view bergantian...istana negara di Jakarta....dan istana sampah di Bantar Gebang...( hehehehe )
bangganya hatiku melihat ' anak-anakku ' disandingan denga derap para pengibar bendera di istana negara...meski dengan atmosfir yang berbeda...
Sang host - Bayu Octara dan Vita - dengan ceria memandu anak-anakku dalam gimmick-gimmick lucu yang edukatif...kurasakan sekali bagaimana stress nya untuk siaran life. Kami berpacu dalam hitungan menit bahkan detik.
Teringat kembali saat tiba-tiba sang director memberikan komando adanya pembacaan teks proklamasi untuk mengisi waktu demi mengejar durasi. Dengan tergopoh-gopoh aku mengambil buku paket PPKn karena sang guru tidak hapal dengan text proklamasi...Ada lagi kejadian lucu saat pembacaan Pancasila...mungkin karena grogi, sang guru salah saat membacakan sila ke dua...ketika dia mulai meneriakkan " Kerakyatan...." maka aku buru-buru menimpalinya dengan teriakan yang lebih keras..." Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab "...para crew tertawa cekikikan di belakang kamera. Keringatku mengucur deras sekaligus menahan tawa melihat accident ini. Tapi tak mengapa...inilah potret yang sesungguhnya....
Semoga hal ini bisa menyentil pemerintah dan para pejabat yang jumawa...
Lihatlah rakyatmu...jangan hanya sibuk menduduki kursi empuk dan terlelap saat mengadakan rapat penting membicarakan nasib kami...datangilah kami..lihatlah betapa masih ada jutaan anak yang membutuhkan perhatian serius demi pendidikan mereka...
Dari tahun ke tahun...kemerdekaan Indonesia akan selalu meriah dirayakan oleh jutaan masyarakatnya....meski...esensi ' kemerdekaan ' itu tak juga menceriakan hidup mereka...
What a terrible things....!
Namun aku masih menyimpan sejuta asa bahwa suatu saat bangsa ini akan bangkit dari keterpurukan...dan kebangkitan itu ada di tangan generasi yang bernas dan mampu menciptakan perubahan di semua lini...dihiasi oleh keikhlasan dan kelurusan niat, dikuatkan oleh keistiqomahan dalam ' menggenggam ' bangsa ini....dan tonggak-tonggak kuat itu sedang dibentuk di rumah-rumah nan harmoni...anak-anak bangsa yang mendapatkan kasih sayang, perhatian dan pendidikan yang tepat dari orangtuanya....sekolah-sekolah yang masih memiliki idealisme ...
Dan....sekolah al falah nan sederhana ini...semoga masih setia menggenggam sekeping idealisme itu..Mencetak generasi tangguh nan bernas. Berani bangkit dan meretas masa depannya sendiri meski berangkat dari komunitas sampah. Berani ' mencetak ' kemerdekaannya sendiri...bukan sekedar euphoria kemerdekaan semu yang banyak dirayakan oleh masyarakat kita saat ini...tetapi menjadi insan yang merdeka...merdeka untuk meraih kegemilangan hidupnya.
Kesuksesan yang diraup, di dunia dan di akherat kelak. Aamiin..