Saturday, April 4, 2009

Perjalanan di tengah bentangan sampah





Januari 2007......

Hari ini adalah hari yang bersejarah buatku. Hari yang menentukan berdirinya sebuah sekolah mungil yang bernama Al Falah....
Aku menatap takjub sebuah pemandangan absurd yang tidak pernah kulihat seumur hidupku...gunung sampah, bedeng-bedeng kumuh bertebaran....anak-anak kecil yang sedang asyik bermain diantara gundukan sampah...tanpa alas kaki...tanpa baju yang ' utuh '...
Hatiku berdebar....dadaku naik turun dan kurasakan ada yang bergemuruh di dalam sana. Di sudut hatiku. Mengirimkan sinyal cinta yang begitu kuat kepada anak-anak mungil ini...
Sesampainya di rumahku....segera kusampaikan kepada suamiku tentang ' temuanku ' tadi...yang secara tidak sengaja menemukan lokasi TPA Bantar Gebang....sebuah nama yang selama ini hanya kudengar lewat televisi dan surat kabar. Sungguh kuyakini hanya Allah lah yang mampu menuntunku kesana....karena aku adalah orang baru di Bekasi ini. Aku menempati rumah di Perumahan Kemang Pratama juga baru beberapa bulan....
Sejak pertamakali tinggal disini, aku sering merasakan kesepian dan hampa karena belum menemukan komunitas marginal yang biasanya menemani hari-hariku seperti saat aku masih tinggal di Malang sana...disanalah kutinggalkan begitu banyak anak asuh, anak jalanan pengamen dan janda-janda tua yang akhirnya kutitipkan kepada sebuah yayasan yang dikomandanioleh seorang sahabat....Dan di kota ini, sampai beberapa bulan aku masih saja terkungkung di sebuah perumahan elok, elite, bersih....namun aku masih saja merasakan hampa karena belum juga kutemukan kesempatan untuk bercengkerama dengan tangan-tangan tengadah yang mampu menghangatkan hatiku....
Maka....sebagai hadiah indah ketika Allah menuntun kakiku sehingga tanpa sengaja aku menemukan komunitas pemulung di tempat sampah raksasa ini....
" Sayang....bolehkah aku masuk ke komunitas itu untuk menawarkan bantuan kepada mereka ? " begitulah sebuah pertanyaan yang kuajukan kepada suamiku setelah kuceritakan tentang pertemuanku dengan makhluk-makhluk kecil nan manis di antara bentangan sampah, tadi pagi....
Suamiku tersenyum, menatapku tajam.....as usual, dia tak akan pernah tega menolak rayuanku jika sudah menyangkut dunia kaum marginal....
" Lakukan jika itu bisa membahagiakan Mama....tapi ingat, harus konsisten...Perjalanan pasti akan sangat panjang dan berliku..."
Aku mengangguk...." Insya Allah...."...begitu janjiku...
Dan seminggu kemudian, suamiku pun mengantarkanku untuk survey ke bedeng-bedeng pemulung itu...Aku turun dari mobil yang kuparkir di pinggir jalan. Kuberanikan diri masuk sendirian menyusuri jalan setapak untuk memulai melakukan pendekatan komunitas pemulung di wilayah kelurahan Sumur Batu...


Ketika aku menginjakkan kaki pertama kalinya di bentangan sampah Bantar Gebang itu, aku diterima dengan pandangan sinis penuh curiga..Sementara aku sendiri tengah berjuang keras untuk beradaptasi dengan jalan tanah yang becek, licin, lumpur hitam dengan aksesoris belatung-belatung kecil yang bermunculan di tanah basah yang kulalui…
Honestly…perutku spontan mual dengan semua pemandangan yang kulihat saat itu…tapi segera kutahan karena bila ingin melebur ke dalam ‘ dunia ‘ para pemulung ini, maka aku pun harus ‘ seolah-olah ‘ terbiasa dengan segala aksesoris di wilayah ini.
Subhanalloh…lalat yang demikian ‘ sehat & kekar ‘ nya begitu ceria merubungi semua yang ada disini.
Namun Alhamdulillah akhirnya aku benar-benar terbiasa dengan semua itu. Dalam waktu yang singkat, aku tak perlu canggung lagi makan bareng mereka dengan ditemani lalat-lalat yang setiap saat siap berebut makanan lezat denganku.
Di tahun ini pula Alhamdulillah telah berdiri sebuah PAUD, TPQ dan sebuah Majelis Taklim di desa Sumur Batu yang dinamakan Al Falah..
Sekitar bulan September 2007, aku mendapatkan informasi dari salah satu tenaga pengajar bahwa telah terjadi pendangkalan aqidah di wilayah Serang. Maka segera aku berangkat kesana untuk meng investigasi anak-anak kecil yang dengan polosnya memberikan semua keterangan yang berkaitan dengan brain wash yang telah mereka alami. Akhirnya kuputuskan untuk segera mendirikan sebuah TPQ agar anak-anak ini segera terselamatkan aqidahnya. Namun apa daya jika ibunya sendiri memaksa mereka untuk tetap ikut aktifitas pendangkalan aqidah demi mendapatkan sebuah paket sembako. Akhirnya aku pun segera memutar otak agar ibu-ibu pemulung pun harus segera kurengkuh dan dibina dalam sebuah taklim…( baca kisah sebuah musholla yang roboh )…Alhamdulillah secara perlahan para ibu dan anak ini tidak tergiur lagi dengan iming-iming sembako itu dan sekarang mereka sudah rutin mengaji di TPQ dan Majelis Taklim di musholla baru setelah relokasi…
Setelah wilayah Serang sedang digarap dan mulai menampakkan progressnya, barulah aku mendekati titik terdekat sebagai area pendangkalan aqidah di Ciketing Udik…Sebuah TPQ kembali aku bangunkan dari mati surinya. Alhamdulillah sampai sekarang sekitar 30 anak-anak masih rajin mengaji setiap ba’da maghrib…
Tahun ajaran 2008 – 2009 ini, aku putuskan untuk membuka sekolah kesetaraan untuk menampung anak-anak putus sekolah maupun alumni PAUD untuk kami didik di level Paket A ( Setara SD ), Paket B ( Setara SMP ) dan Paket C ( Setara SMU )…Alhamdulillah izin operasional telah kudapat sehingga siswa siswi alumni PAUD bisa mendapatkan ijazah resmi dari Diknas, dan tahun 2009 ini pula ada sekitar 12 siswa siswi Kejar Paket A – C akan mengikuti Ujian Nasional resmi…
Betapa bahagianya aku bila memandang semangat dan keceriaan mereka. Memang tolok ukur keberhasilan dari pembinaan ini bukan dari sekedar selembar kertas yang dinamakan ijazah…namun sesungguhnya adalah bagaimana mereka bisa terentas dari kefakiran iman, kefakiran ilmu dan bisa meningkatkan taraf hidup supaya bisa merasakan kehidupan yang lebih layak dan tak selamanya berkubang dalam sampah. Bagi anak-anak, aku berharap mereka bisa terbina agar mereka tumbuh menjadi anak-anak yang berakhlakul kariimah, yang teguh dalam menggenggam dien Islam dan kelak tak sudi menggadaikan aqidahnya demi sebuah mie instant..
Maka meski aku jatuh bangun selama ini dalam upaya merengkuh mereka, aku tak boleh putus asa. Harta di tanganku memang bisa habis, tetapi rezeki dalam genggaman Alloh akan senantiasa mengalir kepada umatNya yang sabar…dan aku semakin yakin, bahwa Alloh lah yang menggerakkan hati dari semua saudara-saudariku yang selama ini telah ikhlas membantuku secara moriil maupun materiil…
Adakalanya aku merasa letih lahir dan bathin, namun setiap kali itu pula suamiku tersayang selalu memberikan rayuan dahsyatnya… “ Mujahidahku, akankah keletihan ini terasa berat bagimu bila kelak kau akan bertemu dengan murid-muridmu di syurga ? “
Subhanalloh…….ridhonya, keikhlasannya dan semangat yang tak habis-habisnya ia curahkan kepadaku sungguh merupakan anugerah yang membuatku kembali bangkit dan bersemangat lagi…Sampai detik ini…
Semoga kami tetap istiqomah dalam perjalanan ini…Ya Robb, lindungilah hati kami. Jauhkan hati kami dari riya’ dan ujub. Engkaulah yang Maha Hebat dan berhak atas segala pujian. Diriku ini tak lebih dari apa yang telah Kau berikan kepadaku…Kujalani apa yang menjadi panggilan hati. Kucintai umatMu di tempat kumuh ini…karena ku tahu, RasulMu pun mencintai umat ini….