Thursday, May 21, 2009

Merekalah Jemariku

Ada banyak kisah yang tertoreh di balik sebuah perjalanan dakwah ini. Yang lucu, yang unik, yang megharu biru maupun yang menyedihkan. Ada banyak orang pula yang telah turut berjuang di balik layar.Kedahsyatan ghirah mereka patut kuacungi jempol ( two thumbs up ! ) dan aku menyebut mereka sebagai jemariku. Jemari yang dikaruniakan oleh Alloh SWT untuk selalu berada di sisiku, menjalankan sebuah ketulusan pengabdian meski tak pernah terexpose. Dan sungguh, merekalah yang justru pantas ada di headline media mana pun ! Terimakasih, jemariku......

Rifai

Else


Imam Rifai

Sarkiah Wanti


Khoirudin

Namin

Dedeh

Arvan

Dodi

Rosita

Irma Suryani
Wanita muda ini baru bergabung pada tahun 2008 sebagai tutor PAUD. Dengan keahlian di bidang ketrampilan, Beliau kupercayakan untuk membina Ibu-Ibu pemulung khususnya dalam pembinaan life skill selain profesi utamanya sebagai tutor Kesetaraan.

Sari'ah
Ibu Guru mungil ini alumni SMU. Semoga aku bisa mengantarkannya untuk upgrading meraih pendidikan yang lebih tinggi. Amin. Setidaknya itulah secuil harapanku. Dia adalah tutor PAUD dan membantu mengajar di Paket A khusus siswa kelas 1 yang masih dalam taraf adaptasi dari masa transisi level PAUD ke level SD.


Nurjaya Firmansyah
' Anakku ' yang paling manja dan selalu memanggilku dengan sebutan ' Bunda '. Seorang yatim yang pernah melanglangbuana sebagai pengamen, pemulung, buruh dan akhirnya tedampar sebagai muridku. Setelah kutemukan ghirah dakwahnya yang demikian kuat, maka kuputuskan untuk memasukkannya ke sebuah pesantren. Aku berharap dia kelak mampu sebagai kader dakwah yang tangguh. Sementara menunggu masa-masa penantian masuk pesantren, dia kuminta untuk mengajar adik-adiknya di kelas 1 dan 2 serta mengajar di TPQ. Suara emasnya mampu membuatku merinding saat dia adzan dan melantunkan Kalam Alloh.




Ibu Muslikah
Awalnya aku mengenal Beliau sebagai salah satu jamaah di Majelis Taklim.

Namun akhirnya kutemukan nalurinya sebagai seorang pendidik dan pengajar serta keluwesannya dalam membimbing anak-anakku. Dia baru bergabung pada Juli 2009 ini sebagai guru TPQ.


Abah
Kakek tua yang kupanggil ' Abah ' ini adalah pengrajin bilik bambu yang telah membuatkan berpuluh-puluh lembar bilik bambu sekolah Al Falah ini. Masih aku ingat betul bagaimana aku melewatkan waktu bersama Beliau mengobrol di atas ' gedhek ' yang sedang dianyamnya. Seperti ayah dan anak. Beliau mengajariku menganyam. Menceritakan segala keluh kesah kehidupannya sebagai pengrajin ' gedhek '.....Saat harus mengangkut lembar demi lembar bilik bambu yang akan kubawa ke lokasi pembangunan sekolah, kakek tua ini terengah-engah kehabisan nafas. Sambil tersenyum akhirnya aku turut mengangkat bilik bambu buatannya itu dan kuangkat ke atas bak pick up. Usia boleh tua. Namun spirit yang dia tunjukkan mampu membuatku tersenyum bangga. Sampai sekarang pun aku masih setia memanggilnya ' Abah '

Bapak-Bapak tukang
Mereka juga pantas mendapatkan tanda jasa dariku karena mereka pun turut berperan hingga bangunan kokoh sekolahku akhirnya berdiri. Mereka bukan hanya sekedar pak tukang bagiku. Tak jarang aku melakukan aktifitas pertukangan bersama mereka sambil mengobrol tentang keluarga mereka. Anak-anak mereka yang merengek minta tas sekolah, sepatu butut yang jebol, anak yang sakit dan semua family story yang membuatku semakin menyelami kisah mereka. Mereka hanya tersenyum kala melihatku asyik menambal seng-seng bolong dengan aspal. Mereka mahfum dan tidak kaget lagi melihat baju gamisku kadang sobek tersangkut paku maupun kotor karena aspal yang menempel. Di sela-sela ' aktifitas menukang ' inilah aku bisa berbaur dan berempati atas semua true story dari masyarakat marginal yang kutemui di wilayah ini...

Pak Ibat
Tukang sayur di Ciketing Udik ini adalah takmir mushola yang berlokasi di titik terdekat sebuah aktifitas pendangkalan aqidah di wilayah ini. Aku mengenalnya sejak tahun 2007 di awal-awal aku terjun ke TPA Bantar Gebang. Karena kesulitan ekonomi, dia tak sempat lagi menggiatkan TPQ di musholla. Akhirnya aku tawarkan sebuah ' negosiasi dakwah ' untuk membangunkan lagi sebuah TPQ dari mati surinya. Dengan honor standard yang sesungguhnya nilainya tak seberapa, namun Alhamdulillah dia akhirnya sanggup membantuku untuk membimbing santri-santri kecil di wilayah Ciketing Udik ini.

Asatidz muda dari Garut
Mereka sudah kuanggap sebagai ' anakku ' sendiri. Selain mengajar di sebuah lembaga pendidikan dakwah di wilayah Kemang, mereka sungguh memiliki ghirah yang tinggi dalam berdakwah. Merekalah yang sejak awal memohon ingin diajak berdakwah ke Bantar Gebang. Dan sungguh, dengan keluwesan mereka dalam membimbing Ibu-Ibu jamaah, sekarang jamaah di Al Falah semakin giat dan berani melakukan tanya jawab serta diskusi dalam suasana yang akrab. Ustadz Tris, Sandy, Fitran dan Baghja....Mereka berempat selalu ikut aku bergantian seminggu sekali untuk membimbing Jamaah Ibu-Ibu. Dan di akhir Juni ini kuterima berita gembira bahwa salah satu dari mereka ( Sandy ) diterima di Universitas Al Azhar Kairo. Subhanalloh....