Saturday, August 1, 2009

' Bisakah ku menjadi bidadari... ? '


Suatu hari murid-muridku mendapatkan kesempatan diundang oleh Japan Embassy di acara Jak Japan Matsuri di Pelataran Monas, tanggal 11 Oktober 2009 lalu.
Alhamdulillah...kami dijemput dengan bus besar berkapasitas 59 seat menuju Monas. Riuh rendah anak-anak mengimbangi deru mesin bus.
Sesampainya di Monas, kami langsung makan siang dengan hidangan Japanese lalu berkeliling melihat beberapa stand exhibition yang digelar disana. Aku memimpin rombongan sambil membawa megaphone di tangan, tak henti-hentinya berteriak " Bantar Gebang...Bantar Gebang...take this way ! "...bak kernet bis kota aku terpaksa berteriak terus agar 'anak-anakku' tidak berpencar di arena yang penuh sesak ini. Sesekali para tamu yang mayoritas Japanese menatap ' kagum ' anak-anakku ini. Difoto, dishooting, diberi minuman, diberi snack...diam-diam aku tersenyum geli melihatnya. Pemandangan yang sangat kontras. Yang satu berkulit putih bersih dan harum, satunya lagi berkulit hitam dan bau jengkol...namun begitulah indahnya kebersamaan sesama makhluk Alloh....tak henti-hentinya para expatriat Japanese menatap haru kepada anak-anakku. Tak terkecuali wartawan The Jakarta Daily Shimbun yang terus membuntuti kami. Aku jadi teringat dengan Kawakami San yang dulu pernah mewawancaraiku namun samasekali tidak bisa berbahasa Indonesia atau Inggris. Namun beruntunglah kali ini karena Mr. Sekiguchi Jun bisa lebih lancar berbahasa Inggris sehingga aku bisa bercerita lebih banyak kepadanya. Dia exited sekali take picture anak-anakku dari berbagai angle. Sampai akhirnya kami duduk di rerumputan di depan panggung yang saat itu menampilkan kesenian dari Japan. Aku pun duduk berselonjor di atas rumput sambil memijit-mijit kaki yang terasa linu. Tiba-tiba salah seorang muridku mendekat dan duduk di sebelahku.
" Ibu...Ibu jangan ikut duduk di rumput. Nanti kotor..." Aku tersenyum...
" Nggak apa-apa sayang...yang penting tidak najis kan ? "....anak ini masih saja menatapku dalam-dalam....
" Ibu juga jangan ikut panas-panasan...Ntar kulit Ibu jadi item. Ntar Ibu nggak cantik lagi doong.." rengeknya. Kali ini aku tertawa geli. Aku peluk tubuh mungil di sampingku ini.
" Nggak apa-apa, sayang....biarin aja kulit ibu jadi item. Biarin aja nggak cantik lagi. Yang penting kita bisa jadi bidadari cantik di syurga nanti, ya ? "
" Emang aku juga bisa jadi bidadari cantik, Bu ? " mata anak ini berbinar....
" Insya Alloh bisa, sayang. Di mata Alloh, kamu adalah bidadari cantik jika kamu menjadi anak yang shalehah...."
Senyum anak itu mengembang. Kembali kupeluk tubuh mungil yang penuh borok disana sini itu. Meski dia bau dan dekil, tapi aku pasti menyesal jika ku tak memeluknya saat ini....Karena ku tak tahu sampai kapan usiaku. Karena ku tak tahu di hari lain apakah ku masih punya umur untuk bisa memeluk anak-anak seperti mereka ini....
Berapa gelintir orang-orang yang sudi memeluk mereka dengan sepenuh hati. Berapa gelintir orang yang sudi menyentuh tubuh mereka dengan cinta yang dalam....Dan aku ingin menjadi dari yang segelintir itu....Betapa indahnya perasaan mereka saat mereka dicintai dan diterima dengan apa adanya. Mungkin butuh perjuangan bagi kita yang tak terbiasa menerima bau dan kondisi borok mereka...Namun yang kuingat bahwa kelak di alam yang kekal, aku juga tak bisa menjamin apakah diriku ini bisa seharum mereka....Andai semua dosa-dosaku mampu mengeluarkan bau busuk, belum tentu orang-orang sudi berdekatan denganku. Namun anak-anak sampah ini, bisa jadi hanya zhahir mereka yang busuk, namun kelak mereka berhak mendapatkan tempat yang indah dan harum di sisi Alloh SWT...
Lalu masihkah ada alasan bagiku untuk menjauh dan menghindar dari bau mereka ? Tidak...Karena yang kulihat di depanku saat ini adalah anak-anak mungil yang dicintai oleh Rasululloh SAW...sebusuk apapun bau mereka, aku merasa merekalah yang lebih harum dariku yang hina ini.....
Anak-anak cantik inilah yang kelak menjadi bidadari di syurga....
Amin Ya Robb........
Seperti yang kubisikkan kepada gadis mungil ini...
" Insya Alloh kamu bisa menjadi bidadari cantik di syurga kelak, sayang...."