Saturday, August 1, 2009

Wahai Penebar Dakwah....

Sekian tahun yang lalu...di saat-saat awal aku memasuki TPA Bantar Gebang untuk melakukan pembinaan, sungguh masa-masa yang berat. Terutama kurasakan betapa sulitnya mencari uluran tangan agar bisa berjamaah dalam menjalankan dakwah bilhal di sana...
Kudatangi dari pintu ke pintu. Kudatangi satu ustadz ke ustadz yang lain untuk sudi berceramah disana. Namun hasilnya nihil.
Hingga suatu hari, hatiku berbunga-bunga ketika ada seorang ustadzah yang cukup senior dan sudi ikut bersamaku untuk mengisi kajian seminggu sekali disana. Selama perjalanan menuju Bantar Gebang, kudengar Beliau bercerita secara runtut bagaimana perjalanan dakwah Beliau yang malang melintang melintasi pulau, naik turun pesawat Cessna, diundang beberapa Embassy....dalam hati aku membathin.." Subhanalloh..beruntunglah aku karena Beliau sudi mengunjungi lautan sampah di Bantar Gebang ini..."
Selang seminggu kemudian, kutelpon lagi Beliau untuk mengingatkan tentang jadwal kajian...namun, runtuhlah harapanku ketika kudengar kalimat-demi kalimat di ujung telepon....." Maaf, Bu..saya tidak sanggup lagi. Saya pusiiiing sekali. Saya tidak kuat dengan bau sampahnya. Apalagi mushollanya gelap, kotor, pengap. Sudah begitu, ibu-ibu pemulung bawa anak-anak kecil pula. Maaf ya....saya tidak sanggup lagi untuk berceramah disana. Bukan karena amplopnya lho ya.."
Ya Rabb.....aku memejamkan mata sambil menahan buliran air mata yang hampir jatuh....Setelah mengucapkan kata maafku kepada Beliau serta ucapan terimakasih, aku tutup telepon dengan tangan bergetar....
Aku bertanya dalam hati.....apakah memang benar bahwa hanya tempat-tempat bersih, harum dan gemerlap yang berhak mendapatkan cahaya dakwah ? Apakah hanya orang-orang kaya yang berhak didatangi oleh para penebar dakwah ?
Betapa ibanya aku kepada tempat-tempat di bumi Alloh ini yang kebetulan dihuni oleh kaum marginal yang kotor dan bau.....mereka yang sudah terkepung oleh kefakiran harta dan ilmu semakin terperosok oleh kefakiran iman dikarenakan keengganan para penebar dakwah untuk merengkuh mereka....
Sejak kejadian itu...aku terseok-seok mencari orang-orang yang sudi menyedekahkan ilmunya untuk berdakwah kepada para pemulung ini....
Hampir setahun jatuh bangun....hingga qadaralloh akhirnya aku dipertemukan dengan para mujahid muda. Pendakwah-pendakwah muda yang sudah kuanggap sebagai adik...bahkan anak-anakku sendiri. Merekalah yang justru merengek memintaku untuk diikutsertakan dalam dakwah disana....Subhanalloh....sampai sekarang, merekalah yang rutin membantuku untuk memberikan taushiah kepada ibu-ibu, bapak-bapak, para guru dan remaja-remaja kader dakwah disana....
Di mataku...mujahid-mujahid seperti merekalah yang pantas mendapatkan tempat yang mulia di sisi Alloh SWT. Memang mereka bukanlah orang-orang terkenal di mata makhluk. Namun Insya Alloh merekalah yang akan menggemparkan penduduk langit dikarenakan kedahsyatan jihad mereka yang dilandasi keikhlasan tanpa pamrih apa-apa....Bukan uang. Bukan harta. Bukan sanjungan. Bukan tatapan makhluk....
Aku teringat dengan sebuah kisah yang diceritakan oleh Ust. Suhada Bahri [ Ketua Dewan Dakwan Islamiyah Indonesia ]. Tentang seorang da'i di pelosok Nusa Tenggara Timur. Yang sudi berdakwah di pelosok hutan dengan imbalan yang sangat-sangat minim. Saking minimnya, hingga selama berbulan-bulan da'i tangguh ini hanya makan daun-daunan yang ia ambil dari hutan dan direbus begitu saja...Ketika ditanya " Kenapa tidak meminta kepada masyarakat sekitar ? "....da'i muda ini menjawab " Mereka juga sama miskinnya dengan saya..."
Ketika ditawarkan kepadanya untuk pindah ke wilayah yang mendekati perkotaan, ternyata dia menolak...dan jawabannya itulah yang sungguh menggetarkan hatiku...
" Tidak, Ustadz....jangan pindahkan saya dari tempat yang membuat saya semakin mencintai Alloh...Di tempat ini saya bisa dekat dengan umat yang betul-betul memerlukan rengkuhan dakwah. Di tempat yang sepi inilah saya betul-betul bisa bertaqarrub kepada Alloh...mencucurkan air mata saya. Mewakafkan hidup saya di jalan dakwah tanpa godaan dari tatapan dan sanjungan makhluk..."
Bercucuran air mataku mendengar kisah ini...sampai detik ini pun dadaku selalu tergetar jika mengingat kedahsyatan para penebar dakwah yang hebat seperti Beliau-Beliau ini.....
Memang kakinya tidak terpijak di karpet lembut nan mahal. Memang kulitnya tidak terbungkus oleh kain indah nan menawan. Memang di tangannya tak tergenggam harta melimpah yang bisa melenakannya...namun ghirah dakwahnya menggelegar menggetarkan penduduk langit. Bukan berarti dia meminta sebuah kemiskinan untuk membuktikan kezuhudannya. Tapi aku yakin...meski Alloh SWT melimpahkan harta sebagaimana yang Dia karuniakan kepada Abdurrahman bin Auf, namun para penebar dakwah yang tangguh dan ikhlas akan menjadikan harta ini sebagai kendaraan menuju syurga...Bukan untuk melenakannya....
Begitulah seharusnya penebar dakwah...yang menginginkan tegaknya Islam dan 'izzahnya [ kemuliaannya ] dengan tekad baja sebagaimana yang dilakukan oleh Mushab bin Umair. Mujahid muda yang rela meninggalkan masa hura-hura dan gemerlapnya kemewahan demi tegaknya Islam....
Allohu Akbar !