Saturday, August 1, 2009

Children Exploitation

4 Nopember 2009

Pagi itu aku datang ke sekolah lebih awal. Selain untuk mengontrol dan briefing para guru, aku memang sengaja mengagendakan keliling sampah untuk survey lokasi pendirian MCK bagi para pemulung. Berawal dari niat mulia saudari-saudariku yang pernah kuajak berkeliling TPA Bantar Gebang dan keluar masuk bedeng-bedeng pemulung. Dengan segenap kekuatan yang ada, mereka berusaha menahan mual dan gatal karena dihajar bau, lalat dan lumpur di sekitar sampah. Sepanjang perjalanan, beberapa kali mereka mencucurkan airmata. Melihat murid-muridku sedemikian kotor dan bau, mereka berniat membuatkan MCK bagi para pemulung di beberapa titik agar para pemulung, khususnya anak-anak ini bisa mandi dan membersihkan badan seusai buang air.
Maka pagi ini aku survey lokasi ke beberapa titik. Dengan dikawal oleh mujahid kecilku [ Subhanalloh....mujahid kecilku demikian santai dan tidak merasakan jijik samasekali meski kuajak keluar masuk sampah dan belatung-belatung mulai merayap ke kaki-kaki kami ], kami mendatangi tukang yang akan kuserahi tugas untuk mengawasi pembangunan MCK.
Pada saat itulah kutemui beberapa muridku yang membolos sekolah. Ternyata mereka sedang asyik mengais-ngais sampah, menyobek-nobek sampah plastik maupun memilah-milah sampah plastik. Dengan tangan berlumuran lumpur dan belatung, dengan peluh membasahi wajah..anak-anak mungil ini demikian 'khusyu' menjalankan tugas yang dibebankan oleh orang tua mereka.
Kuhampiri seorang anak....Ihsanudin namanya. Aku jongkok di sampingnya sambil mengamati tangan-tangan kecilnya yang terampil memilah-milah sampah plastik yang menggunung di depannya. Kami mengobrol ringan seputar aktifitasnya pagi itu. Lalu kubujuk dia untuk kembali ke sekolah seperti biasa karena sudah mendekati ujian akhir semester.
Begitulah rutinitas 'razia' yang kulakukan jika ada kesempatan untuk berkeliling ke wilayah sampah ini. Perih rasanya hatiku melihat anak-anak masih banyak yang memanggul keranjang dan naik turun Bulog, bergelut dengan excavator, bersaing dengan pemulung-pemulung dewasa memperebutkan 'mutiara tependam' di Bulog.
Sekuat tenaga aku berusaha membuat program kegiatan di sekolah yang mengharuskan anak-anak ini bisa sesering mungkin berada di sekolah agar anak-anak ini terhindar dari kewajiban untuk mengais-ngais sampah.
Bagi sebagian anak, mencari dan berebut sampah di Bulog adalah ' bermain-main ' yang menyenangkan. Mereka tak sadar bahwa aktifitas itu sangat membahayakan kesehatan bahkan jiwa mereka.
Inilah PR panjang yang harus dituntaskan secara berjamaah dan istiqomah. Jangan lagi anak-anak ini terpenjara oleh beban yang seharusnya belum mereka emban. Mereka berhak bermain-main sebagaimana layaknya anak-anak seusianya. Mereka berhak merasakan keceriaan dan bercita-cita sebagaimana anak-anak lainnya. Tak lagi menduplikasi profesi ayah bundanya, namun berani melukiskan cita-cita dan harapannya.
" Aku ingin jadi Bu Guru..."
" Aku ingin jadi tentara..."
" Aku ingin jadi dokter..."
" Aku ingin jadi pak Ustadz..."
Itulah celotehan-celotehan anak-anak didikku....Ungkapan polos yang membangkitkan semangatku, melunturkan gulma-gulma futhurku di saat ghirah ini menurun menukik tajam. Ungkapan-ungkapan yang menggantungkan sebuah asa bahwa suatu hari nanti mereka dapat mewujudkan cita-citanya ini. Amin Ya Rabb......
Berikan aku kekuatan untuk dapat mewujudkan mimpi-mimpi indah anak-anak mungil ini. Betapapun beratnya, hanya dengan kekuatanMu lah anak-anak ini akan mampu meraih asa yang tinggi....Bila pun aku harus 'pergi' dan belum berhasil menuntaskan tugas-tugasku, maka kirimkanlah beribu-ribu mujahid & mujahidah yang akan merengkuh mereka dengan sepenuh hati. Memberikan keikhlasan dan kasih sayangnya, meredamkan semua kegalauan dan memberikan seulas senyumnya di kala anak-anak ini bersedih...Ya Rabb..aku mencintai mereka karenaMu.......