Saturday, August 1, 2009

Kisah di Hari Idul Adha....



27 Nopember 2009

Beberapa minggu sebelum hari raya qurban, aku tak membayangkan sama sekali jika akhirnya anak-anakku akan turut merasakan daging qurban. Dengan terpaksa aku mengalihkan kambing titipan temanku karena jika jumlahnya tak mencukupi, maka yang terjadi disana hanyalah chaos. Aku akan didemo lagi. Aku akan diancam diusir lagi dan sekolahku akan dibongkar. Kengerian sudah tercetak di benakku. Maka aku sempat urung merencanakan pemotongan hewan qurban disana.
Qadaralloh....menjelang Idul Adha, ada kabar bahwa salah satu CSR lembaga keuangan mengirimkan 1 ekor sapi. Alhamdulillah...kepercayaan diriku mulai tumbuh. Setelah dihitung-hitung, masih mepet jika dibagi untuk 200 orang. Last minute, ada seorang ukhti yang menelponku dan menitipkan 1 ekor kambing untuk dipotong di TPA Bantar Gebang....
Mulailah story yang menggelikan ini....
Pada saat maghrib tiba, si sapi akan dipindahkan dari sebuah musholla menuju tempat penyembelihan. Tiba-tiba si sapi ngamuk. Lompat dan lari sekencang-kencangnya. Dia lompat dari atas pick up dan escape keliling kampung....Para pemulung se RT lari mengejar-ngejar si sapi...jam demi jam terlewati hingga pada tengah malam barulah sapi itu bisa ditaklukkan.
Esok hari...tibalah saatnya dia menyerah oleh pisau tajam pak algojo....
Alhamdulillah...jam 2 siang seleai sudah pemotongan dan pembagian daging qurban. Anak-anakku mendapatkan bagian secara rata. Tetangga-tetangga sekolah pun mendapatkan 1 kantong untuk masing-masing KK....
Subhanalloh....indahnya bisa berbagi. Sekantong daging yang setahun sekali ditunggu-tunggu dan diperebutkan....ada kisah mengharukan yang sampai sekarang membuatku tergetar....
Sebuah keluarga miskin mendapatkan sekantong daging. Karena tak pernah makan daging, maka moment Idul Adha sangat ditunggu-tunggu oleh anak-anak kecil dalam keluarga miskin ini. Oleh ibu mereka, sekerat daging ini direbus semua agar awet. Masing-masing anak mendapatkan seiris daging. Sementara kuah yang sepanci penuh dihemat untuk dimasak selama berhari-hari. Begitulah hampir seminggu keluarga miskin ini merasakan daging yang merupakan makanan mewah....
" Hm....Bu, enak ya kalau setiap hari bisa makan daging ? Orang Islam baik ya Bu mau membagikan daging untuk orang miskin macam kita ini ? " celoteh si anak.....
Ada yang terasa perih di lubuk hatiku yang terdalam........sementara di belahan dunia yang lain banyak orang-orang kaya yang kekenyangan dan bosan makan daging, namun di ' bumi' masyarakat marginal, daging merupakan makanan langka yang patut diperebutkan. Bahkan kadang sampai terenggut nyawa.....
Kenyataan yang tak terbantahkan. Bahwa masih banyak umat dhuafa yang kelaparan di sekitar kita. Bahwa masih banyak perut-perut kosong di luar sana di saat kita berangkat tidur dengan perut kekenyangan...
Teringat di saat aku mendongeng untuk anak-anakku menjelang tidur. Kisah Umar bin Khattab yang memasuki sebuah rumah dimana terdapat anak-anak kecil yang menangis karena kelaparan. Ibu mereka mengelabui anak-anak mungil ini dengan memasak batu agar anak-anaknya tenang & tidak merengek lagi. Meneteslah air mata Sang Khalifah. Dengan kebijaksanaan yang tinggi dan segala kerendah hatiannya, Beliau memanggul sendiri sekarung gandum dan daging untuk diberikan kepada keluarga miskin itu...Setiap mendengar dongeng ini, anak-anakku selalu khusyu' meresapi. Ada buliran air mata yang tertahan di pelupuk mata mereka. Dan aku pun meneteskan air mata meski sudah berkali-kali mendongeng dengan kisah yang sama....Aku terharu dengan kemuliaan Sang Khalifah ini....
Saat ini...masih adakah khalifah yang memiliki hati mulia macam Umar bin Khattab ini ? Yang rela mengikis harga dirinya dan sudi meminta maaf kepada rakyatnya yang kelaparan ? Yang meneteskan air matanya di kala sadar ada rakyat yang belum disejahterakannya ? Yang secara diam-diam mengulurkan tangannya....tanpa kamera, tanpa wartawan, tanpa publikasi, tanpa press conference, tanpa ujub yang menghiasi amalnya..." Lihatlah...saya sudah menolong si Fulan..."
Jawabannya ada di dalam masing-masing hati. Dan Alloh tak pernah salah dalam melihat setitik niat yang ada di dalam hati makhlukNya....
Semoga semakin banyak tangan-tangan yang terulur kepada saudara saudari kita yang terkapar oleh kefakiran harta, kefakiran iman dan kefakiran ilmu....
Semoga semakin banyak hati yang terketuk....
Meski tanpa sorotan kamera
Meski tanpa tatapan & pujian makhluk
Meski tanpa termuat di media cetak manapun....
Meki tanpa syarat untuk menonjolkan 'bendera' mereka
Cukuplah tatapan Alloh yang kita nantikan.....
Cukuplah kitab amal yang akan kita pertanggungjawaban di hadapanNya kelak...
Cukuplah keikhlasan amal kita yang akan menggemparkan penduduk langit...
" Duhai....amalan siapakah yang harum ini ? "
Amalan yang tak tercoreng oleh riya', ujub dan sum'ah....
Semoga amal yang jernih ini adalah amalan kita....
Amin Ya Rabb....