Saturday, February 27, 2010

Ana wa zaujii....Ana wa habibii ...( Aku dan suamiku...Aku dan kekasihku )

Suamiku, Karyanto Wibowo. My genuine soulmate. Yang telah teramat banyak melewatkan masa kecilnya bersamaku. Hingga takdir Alloh yang mempersatukan kami sebagai sepasang kekasih yang halal di mataNya...sebuah perkawinan yang dikaruniai 2 orang putra...
Ridho-nya lah yang meringankan kakiku untuk melangkah mewujudkan cintaku yang terpendam kepada anak-anak marginal itu...
Adakalanya dulu beliau complain dengan tekad bajaku [ note : nekat ] menyusuri bantaran-bantaran sungai di malam hari sambil menggendong anak sulungku demi mencari gubuk pengemis kecil yang menjadi anak asuhku. Bukan marah. Namun ekspresi kekhawatirannya terhadap kondisi kesehatan dan keselamatanku. Namun akhirnya beliau terbiasa juga dan hanya bisa menitipkan istrinya kepada Alloh..Kini, bukan lagi ekspresi khawatir jika aku harus berhadapan dengan preman. Namun justru beliau menjadi supporter sejati yang setiap saat meng update keadaanku di lapang yang sering digempur dengan permasalahan bertubi-tubi...
Beliau lah yang mengguyurkan oase sejuk di kala hatiku gundah. Beliau pula yang senantiasa mengingatkanku di saat gulma-gulma futhur mulai menggoyahkan ghirahku...
“ Jangan menyerah, mujahidahku..Dalam setiap perjuangan pastilah ada rintangan yang akan menguji keistiqomahanmu. Ingatlah anak-anak pemulung yang kau cintai itu. Tugasmu masih teramat panjang untuk mengentaskan mereka. Ada banyak tangan yang tengadah. Jangan biarkan tangan-tangan mungil ini kembali dengan hampa...”
Namun bukan berarti ridho-nya adalah tiket exit permit yang bebas tak terbatas. Kami berdua memiliki sebuah komitmen yang jelas. Bahwa tugasku yang utama tetaplah sebagai seorang istri [ yang harus shalehah ] dan seorang ibu [ yang harus shalehah pula ]....Maka, dakwah bilhal yang kulakukan bukan berarti aku meninggalkan tugas-tugasku tersebut.
Aku yang mengantar anak-anakku ke sekolah. Aku membimbingnya belajar & mengerjakan tugas. Mengajaknya sholat berjamaah, setor ayat setiap maghrib serta mendongeng di kala menjelang tidur...Dalam sebuah seminar, ada beberapa kriteria orang tua di mata anak-anaknya. Dengan spontan anak-anakku memilih figur ‘pendongeng’ bagi bundanya. Ternyata dengan mendongeng itulah yang membuat mereka terkesan..Sungguh suatu moment yang teramat indah di kala mengantarkan anak-anak ini dengan dongeng Islami. Lalu sebagai closing, MP3 murottal qur’an yang menjadi teman tidur mereka...
Anak-anakku berhak atas ibunya. Maka aku tidak boleh melalaikan hak-hak mereka....ini adalah sebuah komitmen yang kami pegang teguh. Siapapun aku, kelak di hadapan Alloh aku akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anak yang dititipkan kepadaku ini. Maka ku tak berani menentang amanahNya ini.....
Aku apresiasi dengan segala peluang yang diberikan kepada kaum wanita akhir-akhir ini. Namun satu hal yang pasti, peluang ini janganlah membuat para wanita melupakan atas tugasnya yang mulia sebagai seorang istri & ibu yang shalihah. Siapapun itu. Direktris, manager, pengusaha, dosen, mbok jamu atau khadimah pun, di hadapan Alloh adalah sama. Kita, para ibu ini akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anak yang dititipkan olehNya....Kecemerlangan karier jangan diukur dari sebuah pengakuan makhluk atas standar yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Wanita karier yang sukses, ilmuwan wanita yang sukses, pendakwah yang sukses....semua yang sukses di mata makhluk belum tentu sukses di mata Alloh karena kesuksesan yang absolute tentulah harus berpulang kepada ketundukan kepada Sang Khalik.
Bisa jadi seorang tukang jamu yang sederhana namun dalam setiap nafasnya adalah ibadah dan tak terlewatkan sedikitpun dalam waktunya selain untuk tunduk kepadaNya. Dengan kepatuhannya kepada suami yang dihormatinya, dengan keshalehannya dalam mendidik putra putrinya, dengan segala kesederhanaan dalam setiap ketulusan amalnya, bisa jadi akan melesat lebih cepat ke sisi Alloh SWT...Inilah kesuksesan di mataku.

I and my beloved husband..
My husband, Karyanto Wibowo. My genuine soulmate. Which has been very much of his childhood spent with me. Until Alloh destiny that unites us as husband and wife ... a marriage that was blessed with 2 sons ...
I really need ‘His permit ‘ to express my love to embrace the poor children
Sometimes he complain when he saw me along the banks of the river at night while carrying my first child to search a little beggar in a small shack that became my foster children. It’s just the expression of concern for health and safety condition of his wife.
However, finally he was sure that Alloh will keep me always ..
Now, no longer the expression worry if I have to fight with thugs. But instead he became a true supporter at any time to update my situation on the ground that often battered by problems repeatedly ...
He is a cool oasis who flowed the water into my heart when I was sad. He also constantly reminds me of when the 'futhur' began destabilizing my spirit ...
"Do not give up, my mujaheedah.. Remember your beloved scavenger children. They need you.Your duty is still very long for eliminating their sufferings. There are many hands that looked up. Do not let the little hands are back with a vacuum ... "
In every struggle there must be constrains and obstacles that will test your consistence. We both have a clear commitment. That the primary duty remains as a wife [who must shalehah] and a mother [who had to shalehah also ].... So I do ‘bilhal mission’ does not mean I leave my duties are.
I pick my children up to school. I conduct them to learn & doing homework. Take prayer in congregation, reading Qur’an after maghrib prayer and storytelling in times before bed ... One day in a such education workshop, there are several criteria for parents.
Spontaneously my children choose the figure of 'storyteller' for me. It turned out that the storytelling is makes them really impressed .A wonderful moment in time brought these children to Islamic tales. Then as the closing, MP3 Murottal qur'an always accompany their sleeping time...
My children are entitled find their mother's attention. So I must not neglect their rights .... this is my commitment. Whoever I am, one day Alloh will ask my responsibility of the children who entrusted to me. So I did not dare oppose this task .....
I appreciate with all the opportunities given to women lately. But one thing is certain, this opportunity makes women do not forget the noble duty as a wife & mother. Whoever she is. Directress, managers, entrepreneurs, professors, servent or another occupation, in the presence of Alloh is the same. We, as a mother will be held accountable for children who are entrusted by Alloh”
Do not measur career brilliance from a recognition of the standards being created by people. Successful career women, successful women scientists, a successful preacher .... all the success in the people’s point of view may not be same with Allah’s .The absolute success must surely belongs to the submission to Allah.
It could be a poor woman but in each her breath is a prayer and did not miss one bit in his time than to submit to Allah. In obedience to the husband who respected, with her wisdom in educating her children, with simplicity in every sincerity charity, may be more quickly to the side of Allah Almighty ...