Saturday, February 27, 2010

Bolehkah ku menjadi pelayan restoran ?

Suatu hari, secara mengejutkan mujahid mungilku mengajukan sebuah pertanyaan yang membuatku tersentak...
" Mama...bolehkah ku bercita-cita menjadi seorang pelayan restoran ? "

Aku mengernyitkan dahi. Biasanya, dalam imaginasi anak-anak tentang sebuah cita-cita tergambar berbagai profesi yang ' mentereng ' bagi kita...Seorang presiden, dokter, pengusaha, tentara...dan berbagai profesi lainnya yang sering diperebutkan sebagai sebuah cita-cita. Namun aku sedikit terhenyak mendengar cita-cita mujahid mungilku ini...
" Mama...bolehkah ? " aku tersadar bahwa di hadapanku ada mutiara mungil dari Alloh yang sedang menunggu jawaban dari bundanya...
"Apa yang membuatmu bercita-cita menjadi seorang pelayan restoran, anakku?"...kutatap kedua bola mata anakku yang polos menanti sebuah jawaban.
" Karena mereka sopan, ramah, rapi dan menyukai kebersihan..."...aku tersenyum mendengar sebuah alasan yang sangat masuk akal. Aku elus-elus rambut anakku...
" Oooh..itu alasanmu, sayang ? "
" Gimana, Ma...Boleh apa tidak aku punya cita-cita seperti itu ? "
" Sayang, cita-cita jangan hanya tergantung di batas dunia...cita-cita Mama yang tertinggi adalah masuk syurga. Apapun profesi dan pekerjaan kita hanyalah kendaraan menuju cita-cita kita yang tertinggi itu, sayang...Jika profesi sebagai pelayan restoran itu mampu mengantarkanmu sebagai penghuni syurga, tentu mama mengijinkan pilihanmu.."
" Mama tidak malu kalau aku menjadi pelayan restoran ? "

" Tidak, Nak...Selama kau berpegang di tali Alloh, berjalan di jalan Alloh dan selalu tunduk kepada Alloh, Mama akan selalu bangga kepadamu..."...sekejap mata mungil itu berbinar lalu anakku beranjak pergi dengan riangnya.
Dari perbincangan kecil ini ada satu ' pesan ' yang ingin kusampaikan kepada putraku. Bahwa profesi di dunia ini, apapun itu hanyalah sebagai kendaraan menuju syurga. Kuajarkan agar kedua putraku menghargai setiap profesi yang halal di mata Alloh meski kadang profesi itu sering dipandang sebelah mata oleh makhluk. Suatu hari kudengar sebuah pembicaraan yang membuat dadaku tergetar. Di kala putraku diejek tentang cita-citanya ini sebagai cita-cita yang ' miskin, tidak menjanjikan dan tidak bisa dijadikan sandaran penghidupan yang layak '.....namun jawaban putraku - kala itu masih berusia 8 tahun - sungguh bijaksana...
" Kalau gajiku kecil, aku akan hidup sederhana. Rasululullah dulu juga hidup sederhana. Mamaku sering mendongeng bahwa Rasulullah kadang tidak bisa makan sehingga perutnya diganjal batu. Jika aku kaya, aku pun ingin tetap hidup sederhana seperti Rasulullah..meski Rasulullah kaya, tapi hartanya disumbangkan untuk fakir miskin dan perjuangan agama Islam..."
Aku menghela nafas perlahan. Ada buliran air yang jatuh dari pelupuk mataku. Aku menangis. Terharu dan bangga. Anak sekecil ini mampu memberikan sebuah jawaban polos yang berlandaskan Islam. Kisah-kisah tentang seorang Muhammad SAW yang kudongengkan sebagai pengantar tidurnya mampu menorehkan sebuah kebanggaan dan kecintaannya kepada RasulNya ini. Menjadi sebuah role model yang diteladaninya. Duhai para Ibu yang membaca secuil kisah ini....perbincangan singkat yang kutorehkan dalam kisah pendek ini semoga mampu menjadi ibrah. Berpulang kepada masing-masing hati. Namun satu
' message ' yang ingin kusampaikan....bahwa status dan jabatan apapun yang ada di dunia ini tak berarti apa-apa jika tak bisa mengantarkan kita menuju syurga. Kadang kita terlena dan lalai untuk mengajarkan kepada anak-anak kita betapa berartinya ' orang-orang kecil ' yang berprofesi rendahan dari kacamata makhluk ini. Namun bisa jadi merekalah yang kelak melesat menuju syurga mendahului kita dikarenakan iman dan keshalehan mereka. Sebagaimana seorang Bilal bin Rabah - seorang budak berkulit hitam - yang justru dijanjikan oleh Alloh melesat menuju syurga mendahului Abu Sofyan yang notabene seorang bangsawan terhormat di kala itu. Maka ukurlah kemuliaan seseorang dari keimanannya & keshalehannya. Bukan dari kemilaunya dunia....
AlQur'an menjelaskan makna dan kriteria seorang beriman yang dikatakan sukses, berhasil dan beruntung di segala hal....
" Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, nasihat menasihati untuk mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran..." (QS. Al 'Ashr : 1-3 )


May I aspire to be a waiter?


One day, my little mujahid surprising me with his question...
"Mama ... may I aspire to be a waiter?"
I frowned. Usually, in the imagination of children of a goal that illustrated various professions 'flashy' for us ... As a President, doctors, businessmen, soldiers ... and many other professions. But I was shocked to hear my son's question ...
"Mama ... may I?" I realized that in front of me there was a tiny pearl of Alloh waiting for an answer from his mother ...
"What makes you aspire to be a waiter, my son?" ... I looked at both my eyes innocently waiting for an answer.
"Because they're polite, friendly, neat and clean ..."... I smiled to hear a reason that makes perfect sense while stroked my son's hair ...
"Oooh .. that's why you want to be a waiter, dear?"
"So..what do you think, Mom ...May I have an aspiration to be a waiter ?"
" Sure, dear ... ideals of the highest aspiration is in heaven. Whatever the profession and our job is just the vehicle to reach our the highest aspiration, dear ...Reaching a heaven"
"Don't you feel embarrassed with my aspiration, Mom ?"
"No, son ... As long as you hold the rope of Alloh, walking down the street of Alloh and always obey to Alloh, Mama will always be proud of you ..."... my son smile and moved away merrily.
From this short conversation there was a 'message' that I want to tell to my son. Whatever profession in this world, is just as a vehicle toward heaven. I taught my sons to respect any profession which ' halal ' although sometimes it is often underestimated by people
One day I heard a conversation that made my heart thrilled. At time someone mocked my son and said that a waiter is 'the poor and could not be a dreaming profession on a livelihood'..... but my son's answer - at the time he was 8 years old - really wise ...
"If I get a small salary, I will live simply. Rasululullah simple life used to be. My Mom often tell stories that the Prophet sometime can not eat 'cause he has no something to eat, so that his stomach propped stone. If I were rich, I want to stay alive as simple as the Messenger of Allah .. even rich, but the property was donated for the poor and the struggle of Islam ... "
I sighed softly. The tears dropped from my eyes. I cried and proudly. My little son is able to give an answer based on Islam. Fairy tale about The Prophet Muhammad SAW able to carve a pride and love of him. Being a role model of my son's life...
To every mother who read this story .... a piece of short conversation in this short story may be able to be wisdom. A 'message' that I want to share .... that the status of any existing position in the world does not mean anything if it can not take us to heaven. Sometimes we forget and failing to teach our children how much it meant ' little people' who have ' little ' profession. But they who could be hurtling toward heaven ahead of us because of their faith and the beauty of their attitude. As a Bilal bin Rabah - a black slave - which was promised by Alloh hurtling toward heaven earlier than of Abu Sufyan that in fact is a rich nobleman at the time. Then we should measure the glory of people from his faith & the beauty of attitude. Not from the sparkle of the world ....