Saturday, February 27, 2010

Musfiroh pemulung cilik


Namanya Musfiroh. Pemulung cilik berusia 11 tahun. Ku sering menjumpainya di pelataran ruko Perumahan Kemang Pratama atau pun di jalan-jalan saat sedang memanggul sekarung sampah kertas dan plastik yang ia kumpulkan. Biasanya dia serombongan dengan ibu dan ketiga adik-adiknya. Sekilas kulihat wajahnya yang tidak biasa. Boleh dikata ada sesuatu yang kurang. Analisaku sebagai orang awam mengatakan bahwa anak ini tergolong ' lambat belajar ' meski belum bisa kukategorikan dibil ataupun imbisil... Dari perjumpaan demi perjumpaan yang terjadi ku semakin akrab dengan mereka, terlebih dengan si Musfiroh ini yang ternyata tak mendapatkan kesempatan untuk mengenyam bangku sekolah. Di usianya yang lewat 11 tahun, sama sekali belum mengenal pendidikan reguler di sekolah. Ketika kutawarkan untuk masuk sekolah gratis di kawasan Kemang Pratama, si ibu menolak dengan dalih bahwa anaknya sangat bodoh dan takut tidak bisa mengikuti pelajaran. Apalagi di usia 11 tahun, anak ini merasa minder untuk duduk di bangku kelas 1... Lalu kutawarkan agar anak ini belajar di rumahku dan kuajarkan sendiri secara privat setiap pagi. Dan mulailah jadwal ' sekolah ' yang semoga menyenangkan bagi Musfiroh... Setiap pagi jam 7 setelah kutunaikan tugasku mengurusi anak bungsuku menjelang berangkat sekolah, mulailah jam belajar yang kusisihkan untuk Musfiroh. Cukup 1,5 jam sehari. Ini pun sudah membuatnya berkeringat untuk menghapal huruf-huruf yang kuajarkan...Subhanalloh, kurasakan betul uji kesabaran saat mengajarinya. Di usianya yang 11 tahun, setara dengan anakku saat berusia 3 tahun. Selama 2 hari sudah cukup bagus untuk menghapal 3 huruf vokal..selebihnya di akhir jam pelajaran kuselipkan juz amma dan do'a-do'a harian serta pengenalan huruf Hijayah...Lumayan menguras tenaga dan menguji kesabaran.. Kadang ku tersenyum geli melihat expresi wajahnya yang polos saat didera ' lupa ' berkali-kali..Kutahan sekuat-kuatnya agar ku tetap sabar mengajarinya. Apapun kondisi anak ini, dia tak bersalah. Dia tak punya pilihan untuk ditakdirkan lahir dari rahim seorang ibu pemulung yang kurang gizi dan kurang pendidikan. Ada bermilyar-milyar anak-anak yang mengalami nasib seperti Musfiroh. Atau justru lebih parah dan memilukan. Jika kita merasa cukup dengan hanya mengexpresikan perasaan iba tanpa memberikan sebuah solusi, maka permasalahan keterbelakangan pendidikan dan masa depan anak-anak ini pun hanya akan terkubur oleh waktu. Dari waktu ke waktu akan semakin banyak generasi yang lemah di belakang kita.. Naluriku sebagai seorang ibu tak bisa menghentikan kakiku tuk terus melangkah merengkuh anak-anak seperti ini..Alloh telah menitipkan 2 mujahid mungil di rahimku. Yang kukandung dan kulahirkan. Kurawat dengan penuh kasih dan kehangatan. Tiap saat bisa mendapatkan dongeng dan senyumku...sejak mereka masih kecil, kedua putraku sudah kulatih untuk ikhlas berbagi...bahwa Bunda juga memiliki mutiara-mutiara yang lain..teman-teman mungil mereka yang membutuhkan kasih sayang pula..Masih ada berjuta bahkan bermilyar-milyar ' Musfiroh ' lain yang bertebaran di bumi Alloh ini.... Akankah kita menutup mata ? Akankah kita berlepas tangan dan merasa bahwa itu bukan menjadi bagian dari tanggungjawab kita ? Saat anak-anak terlantar ini direngkuh oleh pihak-pihak yang gencar melakukan pendangkalan aqidah dan pengikisan moral mereka, barulah mata kita terbeliak. Teriakan-teriakan kita begitu kencang. Spanduk bermunculan dimana-mana....Lalu dimanakah kita selama ini ??? Peran apakah yang sudah kita ukir di hadapan Allah Azza wa Jalla ? Bukan hanya sekedar orasi dan retorika...Namun lakukan sekecil apapun peran kita. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang juga....jangan menganggap masih ada ' nanti ' karena kita pun tak tahu apakah masih ada umur di saat kita berbicara soal ' nanti '. Tangan-tangan yang tengadah tak kan mampu menunggu terlalu lama...rengkuhlah jemari mereka dan Alloh pasti akan menganugerahkan kekuatan kepada kita..

Her name is Musfiroh. Little scavenger 11-year-old . I often meet her in the court of shop or even in the streets when he was shouldering a sack of paper and plastic garbage which have collected. Usually she together with her mother and her three younger sisters. I saw her as an abnormal child. There was something missing. I guessed she is a 'slow learner' child ...
For several moments, I become closer with them, especially with the Musfiroh which did not get the chance to go to school. At the age of over 11 years, absolutely not familiar with regular education in schools. When I offered to go to school for the marginal people in the area of Kemang Pratama , the mother refused on the pretext that her daughter is very stupid and afraid of not being able to follow lessons. Especially in the age of 11 years, she felt inferior to be a grade 1 student ..
So I offer her to study at my home and I teach her by myself in private every morning. And starting schedule of funny learning for Musfiroh ... Every morning at 7 after doing my duty towards the care of my youngest child off to school, start learning for Musfiroh. Only 1.5 hours a day. It's enough and made her nervous to memorize the lessons that I taught ... Subhanalloh, I feel completely examination of patience when teaching her. At the age of 11 years, equivalent to my son when he was 3 years old. During the 2 days was good enough to memorize the 3 vowels .. also memorizing Juz Amma and daily prayers as well as introduction of Hijayah ...
Sometimes it amused me to see her face expression when tortured ' forget' many times .. I try to keep my patience to teach her. Whatever the conditions of her, she is innocent. She had no choice to born as a scavenger's child with malnutrition and lack of education. There are billions of children who suffered such fate of Musfiroh. Even more severe and heartbreaking. If we think that it's enough feeling sorry without providing a solution, then the problems of backwardness and the future education of these children were only buried by time. From time to time will be many more generations of the weak behind us ..
My instincts as a mother can not stop my feet kept walking to embrace the kids like them .. Allah had gave me two sons. . I cared for them with compassion and warmth. Each moment they could get a fairy tale and my smile ... since they were kids, my two sons accustomed for sincere sharing ... They realize that their mother also has other ' pearls ' .. their little friends who need love too .. There are millions and even billions of ' Musfiroh ' others scattered around the world .... Will we turn a blind eye? Would we hands off and feel that it was not a part of our responsibilities? When children are attracted and embraced of the parties who doing aqidah silting and decreasing moral, then we shocked. Our shouts so loudly. Banner sprung up anywhere .... Then where are we for this? What role we have carved in the presence of God Almighty? Not only speeches and rhetoric ... But start doing our role. Starting from the self. Starting from now .... do not think there is 'later' because we did not know if there were any age when we're talking about the 'later'. The sufferings people are not able to wait too long ... embrace them and surely Allah will bestow the power to us ..