Saturday, February 27, 2010

Nanny 911

Suatu hari di pagi buta....tiba-tiba hp ku berdering-dering dengan gencarnya. Kulihat di layar sebuah nama ukhti yang menjadi sahabatku...Dia mengungkapkan semua kekesalannya karena anak-anaknya...
" Mbaaaaak. Tolong aku dong. Aku lagi bete. Sebel sama anak-anakku. Gimana ini...hapalan juz amma-nya kacau semua. Tiap hari maunya nongkrong di depan TV. Eh kemarin malah si Kakak diam-diam nonton bioskop bareng teman-temannya padahal pamitnya ke masjid..."...bla..bla..bla...jika kurekam mungkin habis 1 roll...he..he..
Siangnya aku mendatanginya untuk menenangkan hatinya. Dengan takzim kudengarkan semua keluhannya, kekesalannya, omelannya...dan segudang curhat khas seorang ibu..
Lalu aku tersenyum...kuberikan gambaran bahwa mendidik anak bukanlah dengan meluapkan amarah. Karena ketaatannya bukan dilandasi karena tunduk kepada Rabb-nya...tetapi hanya sekedar ' takut dimarahi mama '. Jika ini yang terjadi, maka mereka akan sembunyi-sembunyi melakukan pelanggaran agar tidak ketahuan sang bunda. Disinilah pentingnya penanaman tauhid kepada anak sedini mungkin...Bahwa semua ketaatan semata-mata karena tunduk kepada perintah Alloh. Bahwa Alloh Maha Melihat. Mengirimkan malaikat untuk mencatat semua amalan kita. Para Bunda bisa lengah dalam mengawasi sang anak. Namun adakah yang bisa lolos dari pengawasan Alloh ?
Jadi...proses pendidikan adalah dengan qudwah, pendampingan, bimbingan dan dialog yang santun dan bijak kepada anak. Memang rasanya ' ribet dan bertele-tele ' saat harus sering-sering dialog. Namun disinilah proses yang menimbulkan big impact dan akan sangat direkam oleh sang anak...
Saat pemahaman AlQur'an sudah meresap dalam jiwa sang anak, maka akan lebih mudah dalam menasihatinya. Dan proses ini tentunya tidak instant. Sang Ibu harus sudi menjadi seorang guru, sahabat, pendidik, ustadzah sekaligus seorang psikolog yang handal bagi sang anak...Ibulah yang lebih memahami putra putrinya...
Kunasihatkan kepada sahabatku itu agar tidak keburu stress saat sang anak kacau dalam hapalan juz amma-nya. Disinilah orientasi harus kita sepahamkan. Orientasi kita adalah ikhtiar. Bukan kepada hasil. Jika anak amburadul dalam hal tahfidz, sang ibu harus memutar otak dan memilih trik yang cerdas untuk menstimulasi anak. Jangan keburu resah saat belum mencapai target. Lakukan saja secara istiqomah lalu berdoa kepada Alloh...
Lalu kuceritakan kepadanya bagaimana trik reward yang kuberlakukan kepada anakku. Setiap malam sebelum tidur rutin kudongengkan. Setiap ada kesempatan untuk berinteraksi, maka jadikan interaksi ini sebagai dakwah meski dikemas dengan cara yang fun...
Lalu...Sudahkah anak-anakku menjadi anak yang hebat ? Wallohu a'lam bishowab...karena bagiku, kehebatan itu terukur saat mereka pantas menjadi ahli syurga dan mulia di mata Alloh. Yang kulakukan hanyalah sebagai ikhtiar dan ketaatanku kepada perintahNya atas mutiara yang dititipkanNya ini...selebihnya, hanya Sang Rabb lah yang menggenggam hati anak-anakku...
Aktifitas rutin sebagai ikhtiarku, kuberlakukan setor ayat tiap hari. Tidak mengapa meski hanya 1 ayat. Namun yang 1 ayat itu pun akan menjadi materi dongeng pengantar tidurnya...
Setiap kali anak-anakku bertengkar, maka aku cukup mendekat dan memeluk keduanya dan kubisikkan kalimat sayang dan seuntai dongeng yang meluluhkan hati mereka. Hanya membutuhkan waktu sekejap, mereka pun istighfar dan saling berma'afan..
Di kala mereka terlena oleh game di komputer atau menonton film kartun, maka aku cukup mengingatkan pentingnya tunduk kepada perintah Alloh untuk tidak menyia-nyiakan waktu karena kita akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap waktu yang kita gunakan. Lagi-lagi akan kutambahkan dengan dongeng dengan bahasa anak agar mereka mengerti...
Saat tanpa sengaja mata mereka menangkap ' pemandangan ' yang tidak cukup pantas dilihat, maka aku cukup membisikkan..." Jaga mata kalian, yah ? Kelak dihisab oleh Alloh, lho..."..maka sekarang pun anakku sudah spontan dan sigap menutup mata sambil istighfar di kala terlihat wanita-wanita berseliweran tanpa hijab yang rapi...
Saat futhur dan kemalasan membaca AlQur'an mulai melanda kami, maka kudongengkan tentang seorang manusia yang kelak dibangkitkan dalam keadaan buta, padahal semasa hidupnya dia sehat wal afiat. Kebutaan ini dikarenakan dia enggan membaca AlQur'an dan kebenaran yang dibawa oleh kitab suci ini...bla..bla..bla..lalu anakku langsung meraih AlQur'an dan minta dibimbing dalam memahaminya...
Alhamdulillah...rasanya tak kubutuhkan otot meregang dan nada tinggi untuk menegur kedua mujahid mungilku. Dengan nasihat manis dan usapan lembut serta senyumku kepada mujahid mungilku ini, sudah cukup untuk menegur mereka..Kecuali saat kusuntikkan ghirah kepada mereka apa arti menjadi futuwah sejati yang harus tangguh. Maka letupan-letupan semangat sebagai mujahid harus kugambarkan secara jelas...dan kelembutan pun harus tergantikan menjadi nada-nada tegas untuk menguatkan mereka....Khanza-lah yang menjadi inspiring mother yang mampu mendidik putra-putranya menjadi mujahid tangguh yang semuanya gugur sebagai syuhada...
Namun...apapun adanya, seorang Ibu tak patut menuntut anak melebihi dari apa yang telah diberikan oleh Alloh kepadanya. Setiap anak adalah spesial. Para Ibu harus respect dengan segala kelebihan dan kekurangan putra putrinya...sekali lagi, janganlah berorientasi kepada hasil. Namun teruslah berikhtiar menjadikan putra putri kita sebagai mutiara yang dicintai oleh Alloh...selebihnya, bertawakal-lah dan iringi dengan do'a....anak-anak ini hanyalah milik Sang Rabb. Kelak akan diminta kembali olehNya...jika dulu kita menerimanya dalam keadaan fitrah, akankah kita istiqomah mendidiknya dengan penuh keikhlasan dan mengembalikan kepadaNya dalam keadaan fitrah pula ? Kitalah yang mengukirnya....maka ukirlah dengan sepenuh cinta dan ketaatan kepada Zat yang memiliki putra-putri kita ini....