Saturday, July 24, 2010

Kala ku harus menjawab....

Suatu hari...sebuah pertanyaan menyentak hatiku....
" Wah...sekarang sudah jadi artis ya ? Berkali-kali diliput majalah dan ditayangkan di beberapa stasiun TV...Hati-hati lho...ntar malah keenakan syuting dan jadi artis beneran. Eh, hati-hati juga lho, biasanya kalau sudah beken, akan ada orang-orang yang opportunis mau numpang beken. Topengnya aja mau ikutan kegiatan sosial, padahal punya maksud tertentu...."
Astaghfirullah aladziim....aku mendesah perlahan. Kutata hatiku. Kususun kalimat-demi kalimat yang ingin kuuntai dengan santun untuk menjawab pertanyaan ini....Aku tersenyum dan mulai menguatkan hatiku untuk menjawabnya...
" Ibu...saya tidak pernah meminta dan merindukan sebuah kemahsyuran. Andaipun ada beberapa liputan yang datang, mereka sendirilah yang mencari dan mendatangi saya. Itu pun tidak selalu saya sanggupi. Saya tidak pernah menginginkannya. Sejujurnya saya malu dan enggan. Jika boleh memilih, maka saya memilih untuk terus bersembunyi dan menolak niat baik mereka ini. Namun pada akhirnya seorang teman menyadarkan saya bahwa tidak baik bersembunyi terus karena kita tak mungkin berjuang sendirian. Dengan adanya kesempatan untuk mengangkat fenomena di bantar gebang ini, tentunya akan mengetuk hati para pembaca dan pemirsa. Jadikan semua ini sebagai media syiar. Tidak lebih...Jika orang lain mengartikan sebagai riya' dan ujub, maka saya pun tidak bisa mengenggam hati mereka. Biarlah mereka beropini. Hanya kepada Alloh Azza wa Jalla niat dalam hati saya ini kupersembahkan. Jika Ibu berpendapat adanya orang-orang oportunis yang memanfaatkan media dakwah ini untuk kepentingan pribadi - apapun itu - maka itu adalah urusan mereka dengan Alloh. Kelak kita akan menghadap Alloh dengan membawa catatan amal masing-masing. Secara zhahir kita mungkin melakukan kebaikan yang sama. Namun Alloh tak pernah salah dalam melihat setiap niat yang terpancang di hati. Saya tidak mau menghakimi siapapun sebagaimana saya pun tidak bisa menggenggam hati saya sendiri karena hanya Alloh lah yang mampu menggenggam hati kita. Saya tidak merasa sok hebat dan telah melakukan seabrek kebaikan dengan adanya akti fitas saya di Bantar Gebang ini...Saya ini bukanlah siapa-siapa. Saya tidak sedang menolong siapapun....tetapi sesungguhnya saya sedang menolong diri saya sendiri. Mengapa ? Karena saya sedang mempersiapkan sebuah jawaban yang kelak akan saya persembahkan kepada Sang Rabb....Untuk apa waktumu kau habiskan ? Kemanakah hartamu kau tasarufkan ? Kau manfaatkan untuk apa di kala kau sehat ? Sudahkah kau amalkan ilmumu ?....dan akan ada pertanyaan-pertanyaan yang tak mungkin bisa saya jawab bila saya tidak melakukan apa-apa....Sekarang ini focus saya hanya ingin bertaqarrub kepada Alloh dengan cara menjalankan apapun yang diperintahkanNya. Kemahsyuran dan pujian sungguh tidak akan melenakan saya. Sebaliknya, cacian dan gempuran fitnah juga jangan sampai membuat saya futhur lalu mundur...Apa yang bisa melebihi indahnya tatapan Alloh, Bu ? Hanya Alloh yang menggenggam syurga. Maka saya tidak memperdulikan tatapan manusia yang tidak bermanfaat bagi saya...saya hanya menginginkan syurga yang ada dalam genggaman Alloh.Bukan syurga yang ditawarkan oleh manusia...." ........

Aku menunduk dalam dan kurasakan desiran lembut di dadaku...Yaa Rabb..sungguh ku tak menginginkan kemahsyuran yang diberikan oleh makhlukMu....jika ku harus ' berbicara ' maka tak lebih karena ku tak mampu lagi berjuang sendirian dan membiayai sendiri biaya dakwah bilhal ini yang semakin membengkak...Segala permasalahan harus dituntaskan secara berjamaah. Maka ijinkan ku bergandeng tangan dengan saudaraku untuk berjuang bersama-sama...Kelak, Kau lah yang berhak menilai dan membelah masing-masing hati kami...dan kami tak kan mampu berbohong di hadapanMu tentang niat-niat kami....Maka jaga dan kuatkan hati kami untuk terus meluruskan niat dan mengukuhkan keikhlasan kami semata-mata karena merindukan jannahMu.....