Saturday, July 24, 2010

Pahala lampu dan pahala umrah

Suatu siang saat aku melakukan briefing di sekolah Bantar Gebang di hadapan semua guru, tiba-tiba alarm hp ku berbunyi...kulirik sekilas isinya...hm..dari salah seorang guru SD AlHanief tempat anakku bersekolah...
" Mama...ada bad news nih. Adek mecahin lampu neon kelas karena main sepak bola di dalam kelas. Lampu langsung jatuh dan hancur berkeping-keping..."...aku langsung geleng-geleng kepala sambil istighfar...Anakku yang disebut si Adek adalah Azriel Yoga Prakosa. Anak bungsuku yang memang super ' kreatif ' dan sering bikin pusing gurunya. Aku tersenyum sekilas lalu segera menghubungi wali kelasnya untuk meminta kejelasan kronologisnya agar aku tidak salah saat menegur dan menasihatinya nanti...
" Sebenarnya bukan sepenuhnya salah Adek, Bunda..Ada 3 temannya yang main bola duluan lalu Adek diajak main. Nah pas giliran Adek nendang bola, mengenai lampu neon. Yaah apesnya Adek aja, Bunda..."....aku tersenyum dan sudah membayangkan bagaimana ekspresi si Chubby ini saat pulang sekolah nanti.
Benar saja...aku pura-pura terlelap saat kudengar dia mulai menaiki tangga dan membuka pintu kamar. Spontan menghambur ke pelukanku dan menangis tersedu-sedu sambil minta maaf......
" Ada apa ini anak ganteng, pulang sekolah koq langsung nangis ? " aku usap air matanya yang mengalir tak henti-henti. Lalu si bungsu ini menceritakan kejadian di sekolah yang sebenarnya sudah kudengar dari wali kelasnya. Matanya menatap tajam ke mataku meminta sebuah jawaban. " Mama marah atau tidak ? "....aku tersenyum dan menggeleng....
" Marah tidak menyelesaikan masalah kan ? Yang paling penting adalah Adek mengakui kesalahan, minta maaf kepada Alloh dan juga kepada bapak guru, mau bertanggungjawab dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama...."
Si Chubby mengusap air matanya lalu tersenyum..." Trus aku harus mengganti lampu itu ya Ma ? " aku menggangguk. " Iya dong...kita harus bertanggungjawab kan ? "
" Pakai uangku sendiri ya Ma ?"
" Tentu...kan Adek yang mecahin lampu. Adek punya tabungan kan ? Adek ambil aja dari tabungan itu...". Sejenak mata bulat itu meredup. Kulihat ada kesedihan yang tergambar di situ. Aku tersenyum paham. Pasti anakku kecewa karena tabungan itu hasil setoran ayatnya yang kuganjar seribu rupiah per ayatnya. Sekarang sudah hampir mencapai 200 ribu...Dan dia memimpikan uang itu untuk biaya umrah kelak...Malamnya, kumasukkan uang 100 rb rupiah ke dalam amplop lalu kuserahkan kepadanya..
" Ini Dek uangnya...besok diserahkan kepada Pak Guru yah ? "...Azriel menerima dengan ragu-ragu. Kulihat matanya sedikit berkaca-kaca...
" Mama...aku berkorban. Seharusnya uang ini untuk berangkat umrah. Gara-gara aku bandel mecahin lampu, aku jadi batal umrah deh..." ucapnya pasrah dengan wajah memelas...Aku tersenyum sambil membelai rambut tebalnya...
" Sayang...Alloh Maha Melihat setiap niat baik yang tersimpan di dalam hati umatNya. Alloh tahu keinginan Adek begitu besar untuk berangkat umrah. Insya Alloh akan digantikan dengan rezeki yang amat banyak supaya Adek bisa terkabul untuk berangkat umrah. Jangan khawatir yah ? "....Azriel masih saja termangu dan belum puas dengan jawabanku...
" Mh....Mama...mana pahala yang lebih banyak...beli lampu atau berangkat umrah ? " spontan aku tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan cerdas yang tak kuduga-duga ini...
" Insya Alloh sama besarnya. Namun pastinya hanya Alloh yang Maha Tahu karena Dia lah yang
menggenggam setiap rezeki dan berhak menaburkan pahala kepada umat yang dikehendakiNya.."...lalu kuceritakan tentang kisah si penjahit sepatu di timur tengah sana yang mengumpulkan dinar demi dinarnya agar dapat menunaikan ibadah haji yang diimpikannya. Namun sesaat setelah uangnya terkumpul dan ia hendak berangkat berhaji, tiba-tiba tetangganya sakit dan tidak bisa makan. Lalu sang penjahit ini pun dengan ikhlas memberikan dinarnya untuk disumbangkan kepada tetangganya yang lebih membutuhkannya...Sang penjahit berdoa " Yaa Alloh...terimalah hajiku...terimalah hajiku..."...dan dalam mimpinya Alloh memberikan jawaban bahwa hajinya mabrur meski ia tak berangkat berhaji ke Mekah...
Wallohu a'lam bishowab...kisah ini sering kudengar. Aku belum tahu ini adalah kisah nyata ataukah sekedar kisah hikmah...minimal dari kisah ini bisa kita ambil ibrah bahwa sebuah kelurusan niat dan keikhlasan tak akan pernah tertukar...Alloh Maha Tahu kebutuhan hambaNya...Alloh ingin menguji keikhlasan hambaNya...
Setelah ku mendongeng kisah ini, mujahid mungilku ini tersenyum penuh harapan....
Sebelum berangkat tidur dengan sungguh-sungguh ia berdoa...
" Yaa Alloh...aku ingin umrah...aku ingin pergi ke Mekah melihat Ka'bah..."
Aku tersenyum haru sambil berucap..." Amiin Yaa Rabb. Dengarlah pinta anakku ini...."
Sampai sekarang, keinginannya untuk umrah tak jua lekang oleh waktu. Setiap melihat iklan umrah atau haji di TV, anak-anakku selalu berteriak..." Mama...aku ingin pergi kesana ! "
Begitu kagumnya mereka melihat kekhusuyukan thawaf...begitu inginnya mereka mengenakan baju ihram putih seperti yg mereka lihat di TV...Di balik keusilan dan kebandelannya yang khas anak-anak, si Chubby ini benar-benar serius untuk pergi ke tanah suci...
Ada satu hal yang lucu jika dia menyesali kebandelannya. Tak henti-hentinya istighfar bahkan bisa puluhan kali sampai akhirnya tertidur dalam keadaan mengucapkan istighfar yang semakin lirih dan akhirnya tenggelam dalam tidurnya...
Melihat tidurnya yang begitu damai sambil meneteskan air mata, sang ayah bertanya kepadaku.." Mama baru mendongeng apa nih koq bisa bikin anak ini insyaf ? " he..he..he...begitulah anak-anak. Seribu kali insyaf, seribu kali pula mengulangi kebandelan yang sama. Namun semoga ada satu pelajaran yang ia petik....Mau mengakui sebuah kesalahan, mau meminta maaf dan mau bertanggungjawab...
Anakku...permata hatiku. Ana uhibbuka yaa bunayya....